Malam ini jam dinding di kamarku menunjukkan
pukul 21.00 WIRG (Waktu Indonesia Rentan Galau). Belum begitu larut, tapi sukses bikin aku
cenat-cenut. Hujan diluar sana memang membuat penghuni rumah malas kemana-mana.
Dan entah kenapa, kasur terasa semakin posesif. Ga mau ditinggalin walau
semeniiiit aja. Belum lagi mengamati dua sejoli (alias duet bantal-guling) yang tergolek
manja memancing gairah. Ah...ga perlu lama-lama membuatku tergoda untuk
nyusruk dengan kiyutnya.
Kesepian?
Apa iya aku masih sering merasa
kesepian? Untuk 5 bulan terakhir ini sih sepertinya iya. Dirumah sendiri, ga
ada teman berbagi dalam ranjang berduri (Debus kaleeee), dan belum ada buah
hati yang menemani. Sebenernya ga perlu melow juga, kan bisa sms/bbm-an ama
Ikatan Rumpiawan Rumpiawati Tanah Air yang senasib dan sepenanggungan. Cuma,
tetap aja kadang merasa sepi. Telponan ma suami sih mana cukup. Oooh...beri
daku kehangatan! *nangkring diatas bakaran sate*
Ngomongin kesepian, jadi ingat awal-awal
aku merantau di kabupaten Sragen yang tercinta ini, sekitar empat tahun lalu. Tahun
2009, karena keterima jadi “kuli negara”, aku pun hijrah dengan gagah binti pasrah untuk meninggalkan kota kelahiranku,
Semarang. Berhubung di Sragen aku tidak punya family yang kamarnya bisa dikudeta
untuk beberapa lama, resmilah aku memilih
jalan hidup sebagai “Kossers” alias anak kos. Nyeseknya, saat itu, aku khilaf hingga memilih terjun ke dunia jomblo yang fana (ini penting!!). Ya karena emang habis
putus hubungan ma pacar waktu itu (buat Vidi Aldiano, sorry, aku terpaksa jujur mengenai hubungan kita....).
Sebagai wanita Capricorn aliran
garis keras dan militan (sejajar ama fans-nya Soneta Group), sulit bagiku
untuk membuka hati dan jatuh cinta lagi. Minimal perlu waktu yang lama untuk menjalin hubungan baru. Bukan karena tidak bisa melupakan mantan (kecuali kalo se-bohay Taylor Lautner), tapi murni karena belum siap aja. Praktis, daku ber-single fighter selama dua tahun alias dari 2008 sampai 2010, pemirsa! (eh, ini termasuk prestasi yang membanggakan bukan sih?)
Buat mengusir sepi yang mengiris hati (dulu belum musim istilah 'galau'), di akhir tahun 2009, dengan cueknya eike ikutan daftar kuliah pasca sarjana. Kebetulan, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) menawarkan program "reguler plus" untuk calon mahasiswa yang berasal dari Sragen. Semacam kelas khusus yang menampung maksimal 20 mahasiswa saja. Gokilnya, prodi yang ditawarkan sebenarnya jauh dari minat dan ga nyambung sama titel S1 yang kumiliki. Hihihi. Sebodo, yang penting ga garing di kos-kosan.
Diiih...jadi ingat pro dan kontra saat aku mau daftar kuliah. Mayoritas teman kantorku menyarankan agar aku menunda pendataran hingga SK PNS ku keluar (waktu itu statusku kan masih CPNS manis, modis, dan kinyis-kinyis). Dengan pertimbangan yang logis, yakni jika statusku sudah PNS tentu mudah mengurus 'ijin belajar' ; yang kedepannya bisa digunakan untuk penggunaan dan penyesuaian gelar. Padahal syarat mendapatkan selembar 'ijin belajar' dari BKD, aku harus resmi berstatus PNS dengan masa kerja minimal 1 (satu) tahun. Kalau aku nekat mendaftar dengan masih berstatus CPNS dan lulus S2 sebelum mengantongi 'ijin belajar', bisa dipastikan 'gelar di belakang nama' tidak diakui.
Reaksiku waktu itu? Cuek beibeh! Wong motivasiku buat kuliah tu cuma biar ga kesepian, ga suntuk, dan ga nglangut di kos-kosan. Wanita cakep mana yang tiada pedih hatinya tiap malam minggu melihat tetangga kos dari ujung ke ujung pada diapelin pacarnya? Itu yang aku alami, sodare-sodare. Sementara mereka pada mojok dua-duaan di keremangan malam, aye merana ngejogrok di depan ember cucian (sengaja nyuci malam hari, biar ga ketahuan waktu jemur daleman).
Segala sesuatu memang indah pada waktu-Nya. Justru karena niat suci ku yang jauh dari nafsu mengejar gelar, langkahku malah penuh kemudahan dan keberuntungan. Aku menerima SK PNS tepat sebulan sebelum menikah (ihiir..., bisa langsung digadaiin buat modal kawin hihihi), pada bulan Maret, tahun 2011. Dan di tahun yang sama, alhamdulillah, 'ijin belajar' dari BKD mulus kudapatkan dua minggu sebelum wisuda. Kalau di logika, rasanya ga masuk akal. Soalnya hingga saat ini banyak seniorku yang belum memperoleh 'ijin belajar' hingga terpaksa menunda kelulusan setahun/ dua tahun agar sesuai prosedur. Belum lagi PNS angkatan di bawahku, harus benar-benar memiliki masa kerja minimal setahun kalau memang ingin melanjutkan studi. Lucky me!
Kembali ke sub tema 'Kesepian' diatas, metode lain yang aku gunakan dan telah teruji secara klinis efektif mengusir rasa kesepian saat jadi perantau pemula adalah....memiliki pacar khayalan.
Uhm, pacar khayalan inilah yang tiap malam sebelon bobo bisa kuajak curhat (walau komunikasi hanya berjalan searah alias kaya orang oon), bisa kupeluk kalau lagi gemes, dan bisa jadi saksi seajaib apa aku sehari-hari. Setelah melalui semedi 1 menit di kamar pak kos (ssssst....!), pacar khayalan yang aku pilih adalah.......tadaaaaaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar