15 Januari 2013

Bosen Jadi Jomblo? Yuk ke Bromo!

Sori dori mori, Jombloyers tercinta. Judul diatas bukan bermaksud menjadikan Anda sekalian sebagai obyek penderita ataupun tokoh teraniaya bak peran-peran  Mpok Nikita Willy di sinetron RCTI. Justru daku sangat bersimpati atas kemalangan nasib Anda sebagai fakir asmara.

Apalagi di media sosial, para jomblo sering di bully dan diperlakukan tidak adil. Banyak postingan bernada sarkastik yang bikin para jomblo tak berkutik. Mereka dianggap sial tujuh turunan, tujuh belokan, dan tujuh tikungan. Padahal emang iya sih...eh maksud saya padahal tidaklah seperti itu. Para jomblo tetaplah makhluk Tuhan yang layak dipanjatkan doa(dan dimandikan kembang 7 rupa!) agar cepat menemukan belahan jiwa. 

Hei kalian yang pada punya pacar, cobalah ingat jasa-jasa para jomblo. Kalo kalian berantem sama pacar, kemana larinya? Sama siapa curhatnya? Pasti sama temen kalian yang masih jomblo, kan? Akui aja! Untuk itulah, postingan ini saya dedikasikan untuk para Jojoba alias Jomblo-Jomblo Bahagia, dimanapun Anda berada. Ingat pepatah, " menjadi jomblo bukan berarti tidak ada yang naksir melainkan memang tidak laku".  Sekian. 

Eh, belum tamat, ding. Wong saya belum curcol soal kejadian kemaren-kemaren. Lantas buat apa saya nulis di blog ini? Dih..., suka-suka saya lah. Ini kan blog saya sendiri. Mau nulis, mau koprol, mau kayang, mau kejang-kejang, itu hak prerogatif saya!

Eniwei, hari Sabtu kemaren, tumben-tumbenan saya diajak refreshing gratisan. Bahkan tidak diperkenankan menyumbang gocap sekalipun. Ya iyalah, kan acara kantor! Mungkin karena mendapat arahan Dewa Naga, kantor tempat saya mencari sesuap mie pangsit, menghelat acara refreshing dua hari satu malam dengan mencomot judul "Trip To Malang". Destinasinya : Gunung Bromo - Taman Safari Prigen - Tanggulangin. Lumayan, daripada ngejogrok mulu di lapangan depan rumah buat nunggu wangsit, mending ngademin kepala ke tempat sejuk. Tareeeek.

Sabtu siang tepat jam 12.00,  sesuai rundown acara, peserta piknik diminta berkumpul di lapangan kantor. Duile, sadis amat panas-panas dijemur. Ogut datang diantar abang becak yang seksi dan aduhai. Ya maklum, Sob..., nasib LDR ama belahan jiwa. Kagak ada yang standby 24 jam buat mengantarkan jiwa ini mengembara. Untung para fans militan (alias tukang becak ama tukang ojek) selalu setia setiap saat jika jiwa ini memanggil. Ibarat kata kang Ariel 'Noah'," karena separuh akuuuuuu....dirimuuuuu, Bang becak".

Dari 23 karyawan, yang bisa ikutan piknik hanya 18 orang. Walhasil bus jadi longgar, seat nya banyak yang kosong. Cocok untuk para penidur nusantara, termasuk saya. Bebas ngibasin kaki kemanapun. Ihihihik.


Kondisi bus yang masih kondusif, belum terjadi huru-hara
Saya kagum dengan bakat alam ini.
 Bisa tertidur dimanapun. bahkan baru 10 menit perjalanan.  Brilian!

Rombongan dijadwalkan menginap di Hotel Suka Permai, Probolinggo. Perjalanan dari kantor sampai ke Probolinggo memakan waktu 7 jam, sodare-sodare. Kebayang dong tingkat ketebalan pantat yang menurun secara signifikan. Peserta piknik banyak yang unjuk kebolehan di bidang tarik kolor eh tarik suara selama perjalanan. Alias karaoke gila-gilaan. Sebodo mau fals kek atau pitch kontrolnya kemana-mana, yang penting hepi sana-sini. Pada jago loooh rombongan eike. Mulai dari lagu-lagunya Noah, Wali, The Virgin, Koes Plus, Panbers, sampai Sagita Asolole...sukses membuat telinga pendengarnya bernanah. Hihihi.

Sampai di hotel sih udah jam 10 malam. Haduh, kulit udah lengket kaya kena pelet. Bawaannya pengen buru-buru cibang-cibung. Setelah pembagian kunci kamar (alhamdulillah, gue sekamar ama Jonas Rivanno!), langsung deh buru-buru capcuss masuk ke peraduan. Bujug, dapat room di lantai dua. Kudu ngos-ngosan bawa koper dulu sebelum nyusruk kasur nih. Eh cint, temen sekamar ogut, mpok Yustin namanya, canggih bener deh. Begitu masuk kamar, langsung inspeksi. Dan...astaga..., doi dengan semangat menyala-nyala....bela-belain menguras bak mandi! Aduuuh...jadi makin cinta deh eike. Ngiiiik.



 Ngeksis sebelum ngorok masal
Besok paginya, setelah pintu kamar digedor-gedor panitia, rombongan dikumpulkan paksa. Huhuhu....padahal masih jam 3 menjelang subuh udah disuruh melek aja. Gile bener, sepanjang sejarah baru kali ini ogut mandi jam 2 pagi. Yah, namanya juga mau liat sunrise di Bromo, kudu rela bangun pagi. 

Dari hotel menuju Bromo ditempuh dengan menumpang mobil jeep. Kalau tidak keliru, biaya sewanya sekitar 350 ribu/ mobil (pulang-pergi). Karena medan yang terjal dan berliku, so mobil berjenis inilah yang telah teruji 'power'nya. Oh .. satu mobil jeep hanya boleh diisi 6 penumpang saja, selain pak sopir. Empat orang dibelakang, dua orang di depan. Rombongan saya mendapatkan jatah jeep bernomor dada eh nomor punggung 10. Sopirnya namanya mas Yono. Sepintas mirip Lukman Noah, kalo diliat radius 55 km. 

Udara yang sangat dingin membuat kami dan tentunya para penduduk setempat ga pernah absen mengenakan baju hangat. Tapi ada pemandangan unik. Walaupun para penduduk sudah memakai pakaian berlapis maupun jaket tebal, tetap saja mereka mengenakan sarung. Ada yang dililit di tubuh, di lengan, di leher, atau bahkan di kepala seperti seragam ninja. Karena penasaran, saya spontan nanya dong sama mas Yono. 

Ooo... ternyata itu berhubungan dengan kearifan lokal yang dipercaya turun temurun. Konon, apabila tidak atau mungkin lupa melilitkan sarung, maka mereka seperti berjalan di "dimensi" lain yang bersifat tak kasat mata. Sarung inilah yang membuat sang pemakainya tetap berpijak di bumi. 

Gaya sarung lilit Mas Yono yang Nidjiholic sekaleee!


Setelah sejam ber-off road ria, akhirnya sampai juga di Pananjakan, lokasi tempat wisatawan menantikan terbitnya matahari. Tapi dasar apes (lagian siapa suruh nekad ke Bromo pas musim ujan?), kami belum direstui melihat sunrise. Huaaaa!!



Walau kecewa, ngeksis tetap diatas rata-rata


Senyum membawa duka. Oh sunrise, dimana dirimu berada?


Mirip Aurel ama Ashanty yak, cint?



Histeria Smashblast


Setelah dirundung nestapa karena sang mendung menggagalkan niat suci kami yang bernafsu melihat keelokan matahari muncul dari timur,rombongan nasdem (panas demam) segera melanjutkan destinasi wisata berikutnya. Yakni Lautan Pasir Bromo dan Puncak Kawah Bromo.

Kalau ingin menikmati keindahan kawah yang berpadu sempurna dengan pemandangan Gunung Batok, wisatawan harus berjalan di atas lautan pasir sejauh 1 kilometer. Suhu udara cukup menggetarkan jiwa, mencapai 5 derajat celcius. Bbrrrrrr *pake gaya imut Afika*. Di hamparan pasir terdapat Pura Poten yang hingga kini masih difungsikan oleh Suku Tengger untuk kegiatan-kegiatan tertentu. 

Sebagai artis papan penggilesan, daku jelas menolak dengan geolan asoy jika disuruh jalan 1 km menuju puncak kawah Bromo. Kaki eike yang eksotis ini bisa gempor, Sob. Jadi mendingan naik kuda lumping eh kuda jantan ajah. 

Cieee...kuda ogut seksi lho. Mana gagah dan mantap, lagi. Waktu kutanyakan pada mas joki mengenai nama tu kuda, doi senyum pasrah dan menjawab jujur bahwa kuda nya belum punya nama. Langsung detik itu juga, kuda yang saya tunggangi resmi menyandang nama, "Keenan". Nama tokoh cowok favorit saya di novel dan film 'Perahu Kertas'. Good job!

Sehari setelah naik kuda, paha dan betis eike pegal semua huhuhu


Tangga menuju puncak Kawah Bromo


Background Gunung Batok yang mempesona
Salah satu kawah yang tertangkap kamera wartawan impotemen

Pura Poten dilihat dari Puncak Kawah Bromo


Bagi wisatawan yang mendadak dehidrasi, kelelahan, kedinginan, dan ingin memamah biak (hush!), jangan kuatir. Di puncak tersedia beberapa penjual mie rebus instan, teh panas, kopi, wedang jahe, hingga cemilan-cemilan lainnya. Wah, menolong banget deh pokoknya. Apalagi bagi pemelihara anaconda di usus kaya saya. Dijamin betah ngejogrok maem Pop Mie  sambil menikmati udara yang dingin-dingin manja. 


Biarkan yang lain ngos-ngosan, yang penting daku duduk manis disini 
Sebelum balik ke hotel untuk makan siang sekaligus check out, rombongan penumpang jeep nomer 10 dibawah asuhan mas Yono memutuskan untuk mampir sejenak di lokasi syuting film 'Pasir Berbisik'. Itu lhooh, film yang dibintangi kakak pertama saya, Dian Sastro.

Dan beginilah kerusuhan yang terjadi...

Yang mana fotografer, yang mana model?? *garuk-garuk*


Reza Rahadian...tunggu akuuuuuu



Just set me free!

Pertahankan cantikmu, Bromo


Huuuuf...walaupun ini bukan trip ke Bromo yang pertama kali, namun selalu ada sensasi tersendiri tiap kembali kesana. Udara sejuknya yang ngangenin, pemandangannya yang menghipnotis, dan keramahan masyarakatnya yang menghangatkan. Ga heran, saya dan mungkin siapa saja yang pernah ke Bromo pasti ketagihan ingin mengulang momen indah itu.

Okay, Jombloyers tersayang, gimana...udah dapat pencerahan dari sebagian cerita saya diatas? Untuk kalian yang jomblo, cobalah sesekali ke Bromo. Siapa tau dapat gebetan disana. Ya minimal kalo di sana masih susah juga nemuin belahan jiwa, kan bisa latihan pedekate sama...kuda! 

Eh, asal tau aja, jinakin kuda lebih susye daripada jinakin pacar. Ga percaya..., sok atuh dicoba!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar