09 Maret 2014

Cinta Menyatukan Rasa dan Logika

Dari buku-buku psikologi yang saya kulik, pria sering dideskripsikan bertindak berdasarkan logika. Apapun masalah dan peristiwa yang terekam oleh panca indra ternyata harus diproses di otak dan rupa-rupanya sangat sedikit yang mengendap di hati. Berbeda dengan wanita yang mayoritas 'melakukan' sesuatu dengan perasaan. Peristiwa yang dihadapi sering mengendap di hati, utuh tanpa sensor,  tanpa dirunut logika.


Skema otak pria dan wanita. Nah lhoo!!


Mau yang lebih gamblang? Cekidot yang ini : 





Pria dan wanita. walau satu species, memiliki pola hidup yang “berbeda” begitu juga dalam orientasinya sehari-hari. Species pria sering diidentikkan lebih senang berburu, sedangkan wanita lebih suka berkumpul. Kalau pria cenderung memiliki sifat melindungi, maka wanita memiliki sifat untuk merawat dan mendidik terutama anak-anaknya. Hal tersebut dikarenakan tubuh dan otak mereka memang berbeda tetapi diantara keduanya saling melengkapai satu sama lain. Selain itu, karena pria dan wanita mengolah informasi secara berbeda, maka mereka  berpikir, percaya, dan  memiliki persepsi, prioritas dan perilaku yang berbeda pula. 

Kharakteristik motivasi pria dan wanita
(ciricara.com)

Kalau wanita memiliki pandangan yang "dekat dan melingkar" (peripheral vision), pria justru memiliki pandangan yang lebih "fokus dan jauh" (tunnel vision). Kaum pria lebih sering bertindak dulu baru berpikir tetapi kaum wanita berpikir dulu sebelum bertindak. Pria sebagai seorang "pemburu" membutuhkan fokus, pandangan yang jauh, dan mampu bertindak sebagai navigator . Sedangkan wanita merasa nyaman berada di dalam atau di sekitar tempat tinggalnya, membangun hubungan dengan orang dewasa lain dan anak-anaknya. Sehingga wanita juga dikenal memiliki indra keenam (sixth sense) karena perasaannya itu, sehingga lebih dapat merasakan apabila seseorang berbohong kepadanya. Di lain pihak, pria tidak memiliki lie-detector semacam itu. Sehingga spesies pria juga sering melupakan hal-hal yang detil.


Komunikasi para pria biasanya cenderung berfokus pada fakta-fakta, sedangkan wanita cenderung menekankan pada perasaan di balik fakta-fakta. Pertama kali mendapatkan informasi dan dalam menghadapi suatu permasalahan, pria akan berkecenderungan untuk menggunakan logika, sedangkan wanita cenderung menggunakan perasaan. Contoh sederhana ialah, seorang wanita tidak harus memiliki sejumlah alasan yang logis untuk menangis, karena menurut mereka itu mengungkapkan bahasa perasaannya. Sedangkan bagi pria, logikanya akan mengatakan untuk selalu mencari perbandingan dan alasan untuk menangis.



Hmmm....cocok ga, ya? 

Sterotipe ini tentu berbeda untuk setiap individu. Apalagi jika dikorelasikan dengan profesi yang dijalani. Sebagai contoh, seorang seniman, musisi, penulis cerita, pelukis dan pelbagai pekerjaan di bidang 'art' lainnya memang lebih menonjolkan olah rasa.  Dan ada profesi yang harus sangat kuat untuk menggunakan logika, misalnya: ahli bedah, peneliti, progammer, dsb.  

Prosentase pengunaan logika vs perasaan ternyata tidak hanya cukup dianalisis berdasarkan kodrat ataupun gender karena banyak faktor yang harus dieksplorasi lebih detail. 


Kalau yang ini 100% suami saya pasti setuju! Bhihihihi...

Sebagai penutup, ijinkan saya mengutip postingan akun twitter @Negativisme berikut ini :



Pria lebih memakai logika, perempuan mengandalkan perasaan. Makanya Tuhan hadirkan CINTA utk menyeimbangkan. Bercintalah #FatwaMalam

Adios!!

*dari berbagai sumber