24 Juni 2013

KEJUTAN DAHLAN ISKAN

Hari ini adalah hari kelima sekaligus hari terakhir 'keterlibatanku' dalam kepanitiaan "Diklat Capacity Building" yang dihelat Kementerian Sosial RI dengan menggandeng Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Sragen sebagai mitra. Diklat yang memfokuskan pada materi "Pengembangan Model Pelayanan Terpadu dan Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/ Kota Sejahtera (Pandu Gempita)" telah diselenggarakan selama 5 hari sejak tanggal 20 Juni 2013, di meeting hall Hotel Graha Sragen. Di hari terakhir, aku didapuk untuk membantu tim Kemensos mendistribusikan lembar 'post test' kepada 30 peserta diklat sekaligus menjadi MC dadakan untuk menutup acara.

Sedang imut-imutnya meneliti daftar presensi peserta, pak boss (alias atasan langsung) dengan terburu-buru memerintahkanku untuk kembali ke kantor. Kabarnya ada salah seorang menteri yang akan mengunjungi UPTPK, satuan kerja tempatku bernaung. Bagai sapi ompong nyeruduk bencong, aku spontan berlari-lari menuju mobil pak boss. Di tengah perjalanan menuju kantor, beliau sempat berkoordinasi via telepon dengan staf kantor. Bisa ditebak, terdengar jerit-jerit panik di ujung sana. Agak riskan bagi kami karena baru pertama kalinya kunjungan menteri ke UPTPK terkesan begitu mendadak dan tanpa pemberitahuan dari protokol. Tidak seperti biasanya yang well organized

Sampai di kantor, suasana sudah lumayan kondusif, artinya...teman-teman langsung sigap merapikan meja dan menata berkas yang kadang-kadang menumpuk.  Beberapa staf terlihat menyiapkan lembar testimoni dan kamera sebagai media dokumentasi. 

Dengan nada legit mendayu, kuajukan pertanyaan yang maha terlambat dan terkesan kupdet alias kurang up date pada pak boss,

"Pak, memang menteri yang mau kesini siapa? Bukannya rencana kunjungan Menteri Sosial ditunda bulan depan?" 

"Bukan Mensos, mbak. Pak Dahlan Iskan mau mampir ke sini. Tadi beliau di desa Bandung, Ngrampal. Acara panen raya. Ini sedang perjalanan ke UPTPK. Bentar lagi sampai...", tutur pak boss kalem.

Dyaaaar!! Aku kaget sekaligus surprise. Serasa diajak nonton layar tancep ama mamas Joe Taslim!!

Pelbagai ungkapan skeptis (tanpa didahului tarian erotis) berkecamuk di dada. Alamak, Dahlan Iskan mau ke sini???? Dahlan Iskan yang aku idolakan sejak beliau menjabat sebagai Dirut PLN hingga jadi orang nomor satu di Kementerian BUMN mau mampir? Dahlan Iskan yang beberapa buku tentang dirinya telah kukoleksi akan mengunjungi kantor ini? Blash..., sedetik kemudian aku sudah heboh tingkat tinggi, nyusruk kanan kiri. 

Teman-teman kantor, yang sedari awal mengamati polah norakku, makin gencar menggoda. "Ayo, Ndien...mana bukumu yang tentang Dahlan Iskan itu? Mintain tanda tangan sekalian! Mumpung beliau mau ke kantor kita ini.  Mana? Mana?!".

Huuufh..., seandainya mereka tahu, sudah sejak tadi aku  kepengen banget pulang ke rumah untuk menculik paksa beberapa buku koleksiku. Tapi bagaimana mungkin? Membaca saja aku sulit....hiks. Gimana bisa aku balik ke rumah sementara pak menteri beberapa saat lagi 'mendarat di TKP'?

Sekali lagi, konsep "The Power of Kepepet" menunjukkan taringnya. Dengan nafsu menggebu, aku menelpon ponsel suami. Sempat pesimis suami tidak menjawab panggilanku karena sedang apel atau sedang melakukan kegiatan yang berbau kedinasan. Maklum, dibawah jam 10 pagi biasanya rush hour. Tapi untunglah (tumben-tumbenan) telepon dariku direspon. Setengah memaksa berbalut lenguhan manja, aku minta suami untuk mengatarkan buku koleksiku yang memuat kisah Dahlan Iskan, baik itu berupa novelisasi maupun karya non fiksi.

Alhamdulillah, mungkin karena sudah di-upgrade selevel Belalang Tempur, motor suami tiba kira-kira 10 menit sebelum mobil yang membawa Dahlan Iskan memasuki halaman kantor UPTPK. Leganya....

Ada tiga buku yang sukses digondol dengan unyunya; "Sepatu Dahlan", "Surat Dahlan", dan "Dahlan Juga Manusia". Harta karun tersebut segera kuletakkan di atas meja yang dekat dengan akses keluar. Maksudnya sih agar lebih mudah untuk mengejar pak Dahlan seandainya beliau meninggalkan ruangan secara tiba-tiba di akhir visit. Beliau kan terkenal gesit dan tipikal 'pejalan cepat', tho?

Lagi seru-serunya mikirin strategi gimana caranya agar pak Dahlan berkenan menandatangani buku-buku itu, (again) pak boss memberi mandat mengejutkan. Aku ditugaskan untuk 'meminta' Dahlan Iskan menuliskan testimoni mengenai kunjungannya di UPTPK pada lembar yang sudah dipersiapkan. Aiiih...pucuk dicinta, ulat bulu pun tiba (dikata iklan teh kemasan?). Kebetulan sekali, cyint. Tidak perlu susah cari celah. Nanti saat beliau selesai menulis testi, buku-buku bisa langsung kusodorkan! Yes mariyes!!!

Akhirnya beliau tiba, tanpa pengawalan mencolok namun selalu menjadi magnet bagi insan pers dan media.  Berpenampilan bersahaja, pak Dahlan Iskan bergegas menyalami semua staf dengan ramah dan menyelipkan obrolan pada para pemohon (warga miskin) yang sedang mengurus kartu Saraswati maupun Sintawati.



Dengan salah satu pemohon Kartu Saraswati




Berdialog akrab dengan staf loket Pendidikan dan siswa miskin


Belum genap 15 menit, pak Dahlan Iskan terlihat terburu-buru meninggalkan lokasi karena agenda lain telah menunggu. Spontan, setengah berlari kuhampiri beliau agar berkenan menuliskan saran maupun pesan terhadap kantor UPTPK. Berhasil, beliau mengiyakan dan mengikutiku menuju meja tempatku meletakkan lembar testimoni dan buku-buku keramat itu. Eng...ing..eng..., inilah hasilnya..."



Testimoni untuk UPTPK (eh.., bukunya nyempil)



Speechless! (biar norak asal alay)




Bebas hambatan, tanpa saingan. Haseeek



Book signing dadakan.
(Buku ini hadir atas sponsor dan partisipasi suami tercinta. Plok...plok..plok)



Dan aksi 'cekal' terhadap beliau pun masih berlanjut. Usai menulis testimoni dan membubuhkan tanda tangan as my request, pak boss segera menghampiri pria murah senyum ini untuk berfoto bersama. Jadi makin blink-blink deh. Serbuuuu!!


Honestly, hanya Dahlan Iskan-lah yang sanggup membangkitkan antusiasme kami untuk bernarsis ria dengan penuh bangga. Kunjungan menteri dan para pejabat sebelumnya sih adem ayem saja. Oops!


Yuhuuu..., the mission is completed. Testimoni tercapai, obsesi pribadi pun tergapai. Sangat bersyukur mengingat kejadian ini diluar ekspektasi.

Aku dulu pernah berujar pada salah seorang sahabat, bahwa Dahlan Iskan ialah salah satu the person I want to meet before I die . Dan, tentu saja aku tidak pernah membayangkan bahwa semesta akan 'mempertemukan' kami dengan cara se-ajaib ini. Lucky me...., aku tidak perlu menguber, mengejar, ataupun antri berdesak-desakan untuk melihat beliau dari dekat sekaligus meminta signature beliau di bukuku (seperti yang selama ini aku bayangkan), namun justru sang idola yang 'datang' kepadaku. Jiaaaaah. Hahaha...analogi yang sembrono? Ga masalah. Yang pasti..it is too good to be true...

Sampai berjumpa lagi, Bapak.







** MANY THANKS to :
 Pakne Koh Hart (untuk cintanya), mas Imam & mas Moel (buat foto-foto kecenya), dan pak Gustril (untuk kesempatannya). Lop yu!

10 Juni 2013

"Merawat Kenangan"


Adakah yang abadi mengikuti perjalanan insan hingga kini?
Mengapa ia sering menghampiri walau pintu hati terkunci ?
Siapa yang mampu mewujud diantara rasionalitas dan ilusi?

Kusebut ia...kenangan.

Penyair sekaligus seniman Kahlil Gibran menuliskan, "Kenangan adalah satu-satunya anugerah dari Tuhan yang tidak bisa direnggut meskipun oleh maut". Aku setuju. Kenangan akan selalu ada hingga sukma lepas dari raga. Ia terus mewujud tanpa peduli hati yang ingin mengingkari.

Kenangan masa kecil adalah salah satu goresan yang lekat menyertaiku sampai kini. Momentum terindah saat hidup belum 'terjajah' karena sang waktu bergulir tanpa terburu-buru. Hal yang paling melekat adalah kala aku terjebak dalam rutinitas berjeruji candu. Ya..., saat pertama kalinya menjejakkan kaki kurusku di tempat itu.

Tempat ajaib itu berupa Perpustakaan Wilayah (Perwil), sebuah bangunan kokoh milik pemerintah, berlantai dua yang letaknya bersisian dengan Taman Budaya Raden Saleh. Jarak dari sekolahku ke Perwil kira-kira 6 km, biasa kutempuh dengan menumpang angkutan umum ber-cat orange tua. 

Mengunjungi perwil menjadi agenda wajib di hari Sabtu. Pulang sekolah, dengan memanggul tas ransel yang kebesaran hingga seolah sanggup menelan tubuh mungilku, aku lari tersengal mengejar angkutan umum. Maklum, terkadang pak kernet enggan membawa penumpang berseragam SD karena mereka, termasuk aku, hanya membayar 50% dari tarif normal. Aku lupa, kenapa aku memilih hari Sabtu sebagai 'hari perpustakaan'. Mungkin karena keesokan harinya adalah hari libur, sehingga tak perlu pulang cepat-cepat untuk mengerjakan PR ataupun mengulang pelajaran?  Bisa jadi...

Keakraban dengan Perwil merupakan turning point ku dalam berkenalan dengan buku-buku bermutu. Usia yang belum genap 10 tahun tidak menghalangi antusiasmeku untuk melahap "suplemen" jiwa berwujud buku. Pengarang favoritku yang karya-karya nya menjadi bacaan wajib saat itu sebut saja Astrid Lindgren  , Enid Blyton, Laura Ingalls, dan Hilman Hariwijaya.  Aku lebih menggemari cerita yang berlatar belakang keluarga dan sekolah/ asrama daripada seri detektif maupun misteri. Misalnya untuk karya-karya Enid Blyton; bagiku, seri Si Anak Badung, Malory Towers, dan St. Clare (ketiganya punya background yang sama yakni asrama dan sekolah) lebih memukau ketimbang seri Lima Sekawan, Sapta Siaga, Pasukan Mau Tahu dan seri petualangan lainnya . It's about taste, right?

Dan,selama 7 bulan terakhir ini aku berusaha merajut kembali  benang-benang "kejayaan"di  masa kecil dengan mengoleksi buku-buku yang dahulu setia menemaniku di sudut ruang Perpustakaan Daerah.

Inilah puing-puing kenangan yang berhasil aku kumpulkan....


1. Karya LAURA INGALLS WILDER
Siapa yang bisa lupa sosok Laura, baik dalam novel bergenre sejarah "Little House on the Prairie" maupun serial televisi dengan judul yang sama? Gadis periang, putri kedua keluarga Ingalls ini memang seorang pioneer kesayangan Amerika dan dunia. Kisahnya sangat menginspirasi serta sarat pembentukan budi pekerti. Tak heran jika buku seri "Little House on the Prairie" merupakan harta karun yang wajib dikoleksi. 


Seri Laura dalam Little House on the Prairie cetakan pertama (tahun 80-an). Lengkap sudah ...

Ini Seri Laura edisi cetakan tahun 90-an yang masih kurang 3 judul lagi. Awalnya tidak berniat mengoleksi versi ini, tapi kalau dilepas rasanya tidak tega


Koleksi lengkap Seri Laura edisi 2011. Sebagian sumbangan para donatur budiman.  Thank you so much...


Tanpa sengaja menemukan edisi bahasa Inggris di toko buku bekas
Terbaru dari seri Rumah Kecil, cergam dwi bahasa (14 seri)


Biografi Laura Ingalls dengan Cover "Litlle Laura" (Melissa Gilbert) dan DVD Litlle House season I s/d III 


2. Karya ASTRID LINDGREN
Nama dan karya Astrid Lindgren sudah sangat familiar sejak aku kelas 3 SD. Semua tema yang ditulis oleh wanita asal Swedia ini selalu jadi favorit. Mataku pun enggan melepasnya hingga lembar terakhir. Karya-karyanya memang didedikasikan untuk anak-anak. Itulah mengapa ia selalu konsisten memakai gaya bahasa, plot, dan sudut pandang anak-anak dalam menyusun cerita. Dan, aku jatuh cinta dengan semua buku yang ditulisnya...


Ada dua judul yang aku belum dapat sampai saat ini, "Pippi Menggunduli Pohon Natal dan Karlsson si Manusia Atap". Anyone?


Hunting ini berbulan-bulan, eh sekalinya nemu langsung dua buku. Yang satu mau saya sale. Minat?



3. Karya ENID BLYTON
Dari buku-buku Enid Blyton, inilah yang menjadi tema cerita favoritku...


Seri Lebah, 1 s/d 8
Kisah "Malory Towers" yang sempat membuatku ingin merasakan sekolah yang berbasis asrama


Seri kesayanganku, "Si Badung". Baris atas adalah cetakan pertama (thn 1984) sedangkan baris dibawahnya ialah cetakan terbaru (tahun 2012)

beberapa judul lainnya



Semasa kecil aku pernah phobia/ paranoid dengan sosok badut, namun setelah membaca seri "Sirkus", secara ajaib 'penyakit' itu mendadak sembuh!



4. Karya EDITH UNNERSTAD

Di Indonesia, tercatata hanya empat judul karya Edith Unnerstad yang bisa diperoleh di toko buku, yakni kisah keluarga Peep-Larson yang seru dan penuh kejutan. Dari keempat novel tersebut, "O-Mungil" lah yang paling membuatku gemas setengah mati...
Cerita di tiap seri-nya selalu unik, lucu, dan unpredictable!


5. Karya HILMAN HARIWIJAYA

Siapa yang tak mengenal LUPUS? Bagiku, ia adalah sosok fiksi karya anak negeri yang selalu mendapat tempat tertinggi di hati. Aku mengenalnya saat duduk di bangku kelas IV SD. Karena ketagihan membaca LUPUS, aku berharap bisa bersekolah di  SMA Merah Putih agar bisa bertemu dengan karakter yang aku kenal dari novel, yakni Lupus, Gusur, Boim, Poppi, Fifi Alone, dan sebagainya.  Hmm..imaji seorang bocah....

Mulai 'dilahirkan' di tahun 1986 dalam bentuk cerpen yang dimuat di majalah HAI, LUPUS kini menjelma menjadi novel dan bundel. Tercatat 59 judul novel LUPUS  plus 4 bundel telah diterbitkan Gramedia.  Hingga saat ini, seri LUPUS  masih menjadi buruan para kolektor dan pecintanya. 

Sang penulis, Hilman Hariwijaya, bukanlah nama yang asing. Selain penulis novel, kini ia juga disibukkan sebagai penulis skenario film, sinetron, dan FTV.  Ssudah lebih dari 100 judul buku yang telah ditulisnya, antara lain:  seri LUPUS, LULU, OLGA, VLADD, KELUARGA HANTU, VANYA, dan beberapa seri lepas lainnya.  Sebagian bahkan sudah diangkat ke layar lebar. Awesome!


Koleksi Lupus yang bertengger mulus di rak buku. Lengkaaap. Wohoooo

Dari semua buku yang ditulis Hilman, akhirnya 99% bisa kudapatkan. Ada 1 (satu) buku yang sulit kuperoleh, yakni "10 Tokoh Showbiz Musik Indonesia". Adakah teman-teman yang memiliki dan berniat menjual? Mohon informasinya, ya... .  




7. Karya DOROTHY EDWARDS
Hmmm...seri "Adikku Yang Nakal" selalu memikat untuk dibaca. Aku lebih suka cetakan yang baru karena covernya warna-warni. Unyu maksimal, kan? Eerr...,gara-gara buku inilah dulu aku pernah merajuk ke orang tua kalau aku tidak mau punya adik lagi. 


Seri lengkap "Naughty Little Sister"

6. KISAH KLASIK LAINNYA
Aku mengoleksi dongeng atau cerita klasik anak-anak yang dulu pernah kubaca kisahnya.  Kini, cerita-cerita tersebut telah  diterbitkan ulang dalam banyak versi. 




QUOTE :



"Aku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi. Tanpa pesan, tanpa persinggahan. Melintasi taman paling rindu tempat kau bunuh kenangan kita berkali-kali. Dan sungguh aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi agar hidup kembali, seperti tokoh-tokoh kartun, yang dulu kau tonton di televisi....” 
( Helvy Tiana Rosa, motivator, dosen, penulis) 



“Kenangan perlu ada dalam hidup untuk dikenang, ditertawakan dan menjadi warisan ingatan kepada anak keturunam” 

"Gubuk Kecil di Rimba Besar - Bersih-Bersih Sesi I"

Setelah dua tahun menatap di asrama, akhirnya mulai tercium "aroma", keluarga kecil kami (baru terdiri dari aku dan suami) sepertinya akan diijinkan tinggal di luar teritorial. Syukurlah, bisa segera merasakan kemandirian yang sebenarnya, walau entah kapan waktunya. Hihihi

Awal menikah, kami memang diharuskan tinggal di rumah dinas untuk kemudahan koordinasi tupoksi suami. Walhasil, setelah berdiskusi dengan pihak keluarga besar, akhirnya tabungan  milik suami (plus ditambah pinjaman dari tetangga kanan kiri...qiqiqiks) dibelikan sebidang tanah pekarangan. Sedangkan aku memilih membeli gubuk sederhana di sebuah kabupaten berhawa sejuk, Boyolali. Sebenarnya niat membeli gubuk, yang notabene tidak kujadikan tempat tinggal, belum ada di benakku. Apalagi tabunganku tidak cukup sehingga harus mengajukan kredit di Bank (ya iyalaah, PNS sepertiku  mana mungkin bisa beli rumah tanpa menjaminkan SK? hahahaha). Alasanku membeli gubuk tersebut lebih karena nilai historis. Masa kecil Ibunda banyak dihabiskan di sana. Selain itu, lokasinya dekat dengan makam almarhum  kakek dan eyang buyut sehingga bisa dijadikan tempat singgah bagi kerabat dan saudara yang berziarah.  Maka, resmilah gubuk yang terletak di depan lapangan bola itu kumiliki.

Back to main issue, dua bulan lalu suami akhirnya menyusulku membeli gubuk (hasil tukar guling dengan tanah miliknya) di kota tempat kami mengais rejeki. Sebuah tempat tinggal mungil dan sederhana yang dibangun di atas lahan seluas 100m2. Walau kecil namun cukup untuk kami berdua. 

Pemilik lama menjual rumah karena hendak pindah ke Jakarta. Akhirnya rumah mungil berlantai dua itu pun dijual dengan "bonus" beberapa perabot yang sengaja ditinggalkan, seperti : kursi dan meja makan, almari, ranjang tempat tidur, kompor gas, perabotan dapur, hingga kulkas. Hehehe..alhamdulillah...

Namun, karena kesibukan suami, baru kemarin kami berdua punya waktu luang untuk menengok dan menyicil bersih-bersih. Namanya juga rumah yang sudah tidak dihuni selama dua bulan, pasti debu sudah setebal karpet Persia. Belum lagi sarang laba-laba yang terlihat dimana-mana. 

Seraaaang!!!

Kami mulai membersihkan ruangan di lantai II terlebih dahulu. Menyapu, mengepel lantai, membersihkan langit-langit, dan menyikat lantai kamar mandi. Huuufh





banyak sarang laba-laba



Huru-hara di lantai II

Kemudian, setelah bermandi peluh, bersimbah darah dan air mata..., tim bersih-bersih segera menuju ke ruang bawah. Suami melanjutkan membersihkan kamar mandi dan dapur, sementara saya memilih membersihkan zona nyaman, alias ruang makan yang (lagi-lagi) perabotnya merupakan peninggalan sang pemilik lama. Lumayan...


ruang makan yang masih asli


Huru-hara di lantai I

kulkas yang awalnya kotor dan sangaaaat bau, akhirnya kinclong kembali

Kami berjibaku mulai jam dua siang hingga menjelang maghrib namun masih menyisakan satu ruangan yang belum terjamah karena kelelahan. Bedah rumah akan dilanjutkan pada kesempatan berikutnya dengan menyisakan catatan kecil mengenai apa saja yang insya Allah harus kami lakukan pada bulan selanjutnya (tiba-tiba sesak nafas),  antara lain:

1.  Mengecat eksterior dan interior
2.  Renovasi kamar mandi
3. Membenahi dinding/ eternit yang rusak
4. Memasang lampu
5. Menata interior
6. Menata pot-pot tanaman
7. .....

*pingsan*

Well, kami saat ini masih tinggal di asrama dan belum tahu kapan bisa menempati gubug kami tercinta. Huhuhu. 

Sampai berjumpa pada sesi berikutnyaaaaaa....!










Ada Gramedia di Sragen!

Membaca judul diatas kok batin ini rasanya miris ya? Segitu bahagianyakah aku saat menemukan brand toko buku ternama (yang tanpa diduga)  eksis di kabupaten tercinta ini?

Sebenarnya bukan dalam artian leksikal bahwa Gramedia akan membuka branch di sini (walau hati ini spontan meng-amin-i),melainkan agenda pameran buku murah, mayoritas terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), akan digelar selama satu bulan, mulai tanggal 5 Juni 2013 hingga 4 Juli 2013. 

Ooh Gramedia..., walaupun hanya sementara, namun hadirmu bak oase yang meniadakan dahaga....

Selama pameran berlangsung, tercatat dua kali aku menyambangi event yang berlokasi di lantai satu Harmoni Mall ini. Sengaja kupilih waktu-waktu off-peak alias saat sepi pengunjung agar momen keintiman bersama ratusan judul buku tidak terganggu.

Leaflet yang menggoda jiwa



Dipilih...dipilih...



Selain terbitan KPG, buku-buku terbitan Mizan, Diva Press, dan Grasindo juga di sale hingga gempor


Kenapa juga Gramedia ga stay selamanya di sini yak?



#SragenMembaca


hasil kekhilafan untuk sementara *celingak celinguk, moga-moga ga ketahuan suami*

Tuuh kaaaan...!Buat teman-teman area Sragentina dan sekitarnya, kalau ada yang hingga detik ini belum singgah kesana....berarti kalian engga lebih seksi dari Arya Wiguna!