07 Juni 2014

Mengejar Arswendo di Area Balung Buto


Percaya tidak percaya, kadang kesialan bisa mendatangkan kejutan. Penderitaan tidak selamanya menyakitkan. Hidup adalah perjuangan. Kepedihan adalah awal kebahagiaan. (Eh, kok kalimatnya gini banget? Sori, kebanyakan nonton serial Mahabharata). Intinya, di hari Senin  saat pulang dari kantor, saya kena sial. Ban sepeda motor yang biasanya menopang body ini dengan anggun, tiba-tiba bocor. Mana maghrib, perut menjerit, ditambah bau badan yang berubah legit karena belum mandi. Bikin keki! Terpaksa melipir cari tambal ban terdekat. 

Disela-sela kekhusyukan mengamati abang bengkel yang sedang berkreasi dengan obeng dan perkakasnya (halah), iseng saya ngecek timeline twitter. Membaca twit dari salah satu penulis senior favorit saya, Arswendo Atmowiloto, saya memperoleh secuil informasi (iya, benar-benar minim soalnya) bahwa mas Wendo ada agenda ke Sragen pada hari Kamis (5/06). Tetapi belum jelas diundang dalam rangka apa.

Whoaaaa. Rasanya bagai diseruduk becak yang digenjot Bruce Willis. Kagetnya nampol! Selama ini saya ngidam ketemu mas Wendo. Biasa, pengen minta tanda tangan di buku koleksi saya. Spontan saya mention ke akun mas Wendo (@arswendo_atmo) untuk menanyakan kejelasan hubungan acara tersebut. 

Twit yang saya kirim dengan nafsu menggebu
Oke. Jadi masih ada waktu dua hari untuk cari info lokasi keberadaan beliau
(berasa jadi agen CIA :p)



Besoknya, saya mulai berburu informasi melalui beberapa SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kabupaten Sragen yang saya 'curigai' (uhuk-uhuk) menjadi pihak pengundang Arswendo. Gambling juga sih. Mulai dari bagian Humas & Protokol, Tehnopark Sragen, Kantor Perpusda, Dinas Pendidikan, hingga Dinas Pariwisata, Kebudayaan, dan Olahraga (Disparbudor)  tidak luput dari pelacakan. Akhirnya diperoleh informasi bahwa Arswendo Atmowiloto diundang oleh Dewan Kesenian Daerah Sragen (DKDS) bekerjasama dengan Disparbudor untuk menjadi narasumber dalam seminar "Peradaban Manusia Desa". Sesi seminar merupakan salah satu dari rangkaian acara "Taman Srawung Seni Segara Gunung 2". yang dihelat selama dua hari, 4-5 Juni 2014, di Museum Fosil Sangiran Sragen. Fyi, masyarakat sekitar sering menyebut fosil manusia dan binatang purba ini dengan istilah balung buto (tulang raksasa).


Perjuangan sudah usai? Ooh, siapa bilang? Jangan senang dulu, anakku. Saya masih harus memastikan bahwa saya bisa masuk seminar tanpa diusir panitia, dong. Untung ada teman satu kantor yang punya contact person panitia. Dengan metode SSI (Spik-Spik Iblis :p) level intermediate, saya menanyakan bagaimana cara memperoleh undangan seminar. Ternyata, info dari  panitia, walaupun peserta yang diundang adalah para tenaga pendidik Sekolah Dasar se-Kabupaten Sragen, seminar terbuka untuk umum. Namun tentu saja disesuaikan dengan kapasistas seat yang tersedia. Jadi saya tinggal datang saja, register, dan bisa deh mengikuti sesi mas Wendo. Huuuffh...lega!

Dan hari Kamis pagi, berangkatlah saya dan salah satu teman (yang berhasil diangkut paksa) menuju Museum Sangiran. Perjalanan memakan waktu satu jam karena terhambat kemacetan akibat pengecoran jalan. 



Target (pria yang sedang berdiri)  masih belum menyadari akan jadi korban 'penculikan'
Hohoho *senyum culas*

Sampai di lokasi, seminar sudah berlangsung selama 20 menit. Hampir semua seat telah terisi. Saya dipandu salah satu panitia untuk duduk di barisan nomor dua dari depan yang kebetulan tersisa satu kursi. Lumayan...

Arswendo Atmowiloto dan Mbah Prapto (dari Padepokan Lemah Putih) sebagai pamateri








Para bapak guru :)



Dan yang ini ibu-ibu guru ^^

Oh iya, tempat duduk memang dibedakan antara peserta pria dan wanita. Yah mungkin untuk menghindari fenomena  transgender yang lagi 'trend' saat ini. Hehehe. Sebagai peserta 'tidak resmi', saya harus pasrah tidak kebagian handout materi seminar apalagi snack. Sudah out of stock, pemirsa.  Hiks...! Ah, ga papa. Sebagai wanita kuat yang telah mendapatkan imunisasi lengkap, saya harus semangat hingga akhir sesi dooong. 

Seminar berlangsung selama 3 jam dan berakhir tepat pukul 12.00 siang. Saat menutup seminar, moderator memberikan kesempatan kepada para peserta untuk berfoto bersama Arswendo. Hal yang tidak mungkin saya sia-siakan. Lha wong ini memang tujuan saya. 

Aduh, benar kata orang-orang, mas Wendo ini sangat ramah dan humble. Beliau bahkan masih ingat twit saya. Dan saat saya mengeluarkan beberapa buku karangan beliau untuk ditandatangani, mas Wendo (saya kadang memanggil beliau dengan 'Om' :p) terlihat surpise dan spontan berucap, "Wah, banyak sekali. Terima kasih, Andien". Wuwuwuwu...bahagianya.


Buku karya Arswendo yang saya bawa ke TKP. Belum banyak sih sebenernya...


Lagi enak-enaknya small talk dengan mas Wendo, mendadak terjadi chaos. Para peserta tiba-tiba meringsek ke depan dan mendorong saya dengan 'brutal'. Mereka berebut minta foto. Malah, rombongan ibu-ibu terlihat adu selfie. Aksi saling dorong pun tak terelakkan. Haduuuh, saya hanya bisa pasrah tergusur dan memilih menunggu di pojok stage. Sementara buku-buku saya  (yang telah ditandatangani mas Wendo) berserakan di mana-mana. Huhuhu...!

Salah satu panitia yang mungkin terenyuh (atau malah geli?) melihat saya, spontan mendekati dan berbisik, "Mbak, sing enom ngalah sik ya... " (Mbak, yang muda mengalah dulu ya...). Bhuahahaha.... Iya, deh. Iya...


Detik-detik sebelum saya didorong hingga nyusruk ke pojokan :(


Dan, benar saja, setelah menunggu sekitar 20 menit, 'huru-hara' pun usai. Mas Wendo bahkan membantu menata buku-buku saya yang berceceran (aah...co cuiiit). Finally, saya bisa berfoto dengan leluasa. Ihiiiy...


Thanks God! Terkabul deh.



Ini corat-coret mas Wendo di buku favorit saya \0/

Keluarga Cemara (cetakan baru)


Detektif Cilik IMUNG (Buku 01)





 Mas Johny (moderator) yang berbaik hati motretin saya. Bhihihik




** Makasih buat Mas Anang, Mas Ridwan, Cik Yustina, Mas Gustril (team UPTPK), Mbak Mira (Humas), Mbah Pine (DKDS), Mas Johny (Pariwisata), dan Klepon tersayang. I love you, gaesss!