31 Mei 2012

Hati Ngepot Gara-Gara TABULAMPOT


Tulisan kurang penting ini berawal dari minat yang tiba-tiba muncul tanpa didahului wangsit dan ritual berendam 7 hari 7 malam di empang Haji Jali. Sesuatu yang secara spontan membuatku penasaran dan akhirnya berusaha mengenal lebih dekat. Takdirku sebagai insan yang mudah jatuh hati mengantarkanku menelusuri sosok penuh kharisma bernama ‘tabulampot’. Tentu, ia tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan Mang Cepot apalagi Mak Erot.

Tabulampot atau tanaman buah dalam pot merupakan metode budidaya tanaman buah dengan media tanam berupa pot, bukan ditanam langsung di area pekarangan. Ketertarikanku pada pesona tabulampot jauh dari niat ikut-ikutan trend, seperti era jemani, gelombang cinta, dll. Justru aku sangat terlambat. Sementara teman dan para tetangga sudah sekian lama menikmati sensasi memetik lengkeng Diamond River, mangga Gedong Gincu, sawo Manila, rambutan Rapiah, hingga Srikaya Merah hanya dengan berjalan beberapa langkah dari kamar tidur, hasratku pada tabulampot baru muncul dalam sepekan terakhir.  

Semua berawal dari ketidaksengajaanku melewati sebuah stan tanaman bibit unggul di samping kantor seminggu yang lalu. Bertepatan dengan perayaan hari jadi kabupaten tempatku mengasi rejeki, berbagai rangkaian acara digelar. Selain karnaval, live music, dan pesta rakyat, panitia penyelenggara juga menghelat pameran bonsai dan tanaman bibit unggul. Singkat cerita, aku tergoda membeli bibit mangga berjenis kiojay dengan harga tiga puluh ribu rupiah.  Wujudnya yang ‘centil’ tertancap manis didalam polybag hitam. Tingginya sekitar 50 cm, berupa batang berdiameter 0,5 cm dengan jumlah daun yang kurang dari 20 helai. Menurut mas –mas penjual yang wajahnya sepintas mirip bassis-nya Soneta Group (oke, seleraku emang revolusioner), mangga kiojay ialah jenis buah mangga yang buahnya panjang dan langsing, namun rasanya sangat manis walaupun belum matang. Jadi bisa dipetik dan dinikmati saat masih ‘remaja’, tanpa harus menunggu ranum. Cucok lah, jadi ga perlu berebut ama codot. Dan, inilah penampakan bibit mangga tersebut:

semoga tumbuh menjadi mangga yang berbakti bagi nusa, bangsa, dan ibu pertiwi

Ternyata  ada teman sekantorku yang tertarik. Keesokan harinya ia kuantar ke stan yang sama. Kebetulan hari itu adalah hari terakhir pameran. Setelah membaca rapal mantra, ia memutuskan membeli bibit jeruk Shantang Madu. Tanpa dosa, aku pun spontan mengikuti jejaknya dan dengan insyaf membeli bibit tanaman serupa (dasar wanita tak punya jati diri, enyah kau Lasmini!). Padahal sebenarnya aku lebih tertarik pada bibit sawo Manila. Tanaman tersebut sangat cantik dihiasi beberapa buah yang bergerombol di batang sekundernya, tinggal menunggu masa untuk dipetik. Harga yang dibandrol tujuh puluh lima ribu rupiah. Sangat pantas untuk membuat dompetku menjerit histeris. Sindrom tanggal tua cukup ampuh menyadarkanku dari rasa kilap dan kalap. Bye-bye pu’un sawo, doakan aku bisa memboyongmu kapan-kapan yaaa..kiss n hug.


Bibit Shantang Madu kubeli dng harga 50 rebu perak (hiks, uang jajan seminggu)


Semoga jerukku bisa secantik ini :


tanaman yang sexy, bukan?
 (source : google)

Well, masih ada alasan lain yang membuatku tertarik dengan tabulampot. Say thanks to Indomie dan es jeruk. Uhm, dalam penyajian Indomie,  menu tambahan apa sih yang membuat mie instan ngetop ini terasa lebih nikmat? Diracik dengan sayuran-kah? Ditambah telur ayam kampung? irisan daun bawang? atau beberapa sendok kornet?. Bisaaaa… Tapi masih ada satu esensi yang pantang dilewatkan dalam menyempurnakan cita rasa kuliner bertajuk mie instan. Si cabe rawit! Selezat apapun mie instan yang kubuat, ga bakalan nendang tanpa kehadiran beberapa iris cabe rawit. Dan, ide suami untuk menanam beberapa tanaman cabai rawit disamping rumah, yang awalnya kupandang kurang populis, ternyata cukup brilian (sembah-sembah deh cint!). Sensasi yang kurasakan saat memetik langsung dari pohonnya hingga terhidang dan siap disantap, truly, segar luar biasa. 

Euforia norak ini belum berhenti, pemirsa. Kuintip tabulampot jeruk nipis imut-imut (dalam bahasa Jawa disebut jeruk ‘wedang’) yang ditanam suamiku beberapa minggu lalu. Eh..satu, dua..waaah ada tiga yang berbuah!. Indomie rebus pedas dipadu dengan segelas es jeruk manis, bukankah itu kenikmatan duniawi? Kupetik dua buah dan sengaja kusisakan satu untuk kupandang tiap pagi sebelum berangkat ke kantor.


Jeruk nipis/ jeruk wedang
Simple, chic, and elegant 
(emangnya testimoni foto tas Herpes-nya Syahrini?)


hantu jeruk purut yang ditanam suami bersamaan dengan jeruk nipis

Oh, di sudut rumah ternyata juga ada dua pot tanaman lengkeng yang masih unyu-unyu pemberian dari rekan suami.  Usianya memang baru beberapa bulan. Jenisnya belum bisa kudeteksi dengan ilmu ke-sotoy-an ku, apakah lengkeng ini berjenis Itoh, Diamond River, atau Pingpong. Namun, aku selalu merajut impian dan memintal harapan (bahasanya sob!), agar dua mahluk itu bisa memberikan sumbangsih optimal berupa produksi lengkeng terbaik dan tersedap meski bukan dalam skala komersial.  Kabulkan doa Baim ya Allah...

bibit lengkeng yang belum jelas asal-usulnya (perlukah tes DNA?)

Anyway, Rabu kemarin ada kunjungan spesial dari konsultan produk pupuk yang sedang dipasarkan di daerahku. Pupuk ini (konon) mampu menyuburkan dan mempercepat proses pembuahan. Hasil yang diperoleh (sesuai testimoni pada brosur dan leaflet yang kubaca di media online cukup signifikan. Tanaman yang diberi pupuk super tersebut, baik jenis bunga, daun, maupun buah, tumbuh dengan subur dalam waktu yang lebih singkat. Aku tertarik membelinya. Lucky me, selama proses pre-order, tim mereka dengan sukarela memberikan panduan bagaimana cara mengaplikasikan pupuk tersebut. Semacam service lah. Mulai dari mencampurkan komponennya hingga teknik pemupukan yang tepat, diberikan dengan lengkap dan gratis (poin terakhir yang jadi favoritku!). Mereka meminta aku menunggu +/- 1 minggu lagi untuk melihat perubahannya. Horeeee….. , doakan kami ya!!



pupuk ditakar , cukup 1 tutup botol

dimasukan dalam ember yang berisi 4L air

disiramkan ke permukaan tanah seminggu sekali

Terimakasih Pak Dodok, Pak Gun dan Pak Fatur untuk bantuannya. Barakallah...


BONUS:
Sebagai motivasi, termasuk buat diri sendiri, silakan dinikmati beberapa tabulampot yang sukses ditanam (dicomot dari Google). Menggemaskaaaaan ^^:

mangga golek

anggur hijau

jambu air

                                                                      belimbing

jeruk kimkit

27 Mei 2012

Target si Nyai

Malam Minggu kali ini tumben-tumbenan diisi dengan duet ngegosip bareng suami di depan layar tipi. Mengingat kalender dinding sudah bosan dipelototin siang malem ma si empunya rumah  gara-gara tanggalnya ga segera bertransformasi ke tanggal muda, daku terpaksa cukup pasrah ngejogrok dipojokan. Sepiring  kacang rebus menjadi sesajen ampuh untuk memikat suami  agar mau melibatkan diri dalam diskusi maha tinggi seputar rumor selebriti. Obyek yang beruntung  jadi buah bibir adalah ehem Iko 'HOT' Uwais. Kabar seputar kedekatannya dengan Audy yang konon bikin sang mantan, Jane Shalimar, mpot-empotan sepertinya cukup sukses menghipnotis pasangan suami istri galau ini. Suami sih ngotot jagoin Audy, karena desye dipandang lebih orisinil, tarikannya yahud, full pressed-body dan mesinnya masih mulus. Aku bengong, kayaknya pemikiran suamiku agak tertukar antara persaingan cinta dengan adu balap bajaj! 


Ya bosen juga sih ngomongin something yang terlalu sering wara-wiri di media, seperti berita soal 'Bubu' nya Syahrince yang sampai konon sekarang ini masih dalam tahap investigasi apakah desye bener-bener keturunan Raja Selangor apa kagak, tentang mbak Nunung yang punya suami (lagi-lagi) brondong ajib, atau mentok-mentok nya ngerumpiin apakah anak Ashanty vs mas Anang bakalan kembar. Oooh...thanks to detikforum yang bikin eike update dalam soal dunia pergosipan selebriti. Bahkan eike udah  tau gosip terpanas selebritis sebelum impocemen mengupas secara membabi buta. Ah...benar-benar prestasi yang membanggakan dan layak diwariskan kepada anak cucu.

Malam Minggu juga kulewatkan dengan browsing buku-buku terbaru dari salah satu toko buku online favorit. Sadly, aku cuma bener-bener BROWSING alias liat-liat doank judul buku yang direkomendasikan pihak penerbit yang akhirnya dengan perasaan tertatih, tercabik, dan terlunta (nyesek dah!) berharap bisa ditebus or dibeli pas punya uang nanti, entah kapan. Huhuhu...

Ini beberapa most wanted book yang berhasil dirangkum redaksi Cek dan Becek :

1. Unforgettable (Winna Efendi)



2. Wowkonyol (Soleh Solihun dan Rons 'Onyol' Imawan)


3. Maryam (Okky Madasari)


4. . Sadgenic (Rahne Putri)



Yak..., demikianlah daftar buku yang pengen eike koleksi pada bulan Juni 2012. Dikarenakan pengeluaran bulanan yang sering tercecer untuk kebutuhan-kebutuhan mendesak, maka daku kudu siap-siap ngirit prit prit agar cita-cita mulia ini bisa tercapai. Semoga bulan depan dewi rejeki kagak alergi pedekate ama ane. Ya, semoga...

22 Mei 2012

Dibalik Selasa...

Selasa ini begitu misterius. Banyak letupan kejutan yang membuatku terpelanting dalam sebuah ceruk berukir hikmah. Selasa seolah  ingin menunjukkan bahwa ia tak layak dibenci dan panen antipati seperti hari Senin. Disisi lain, ia juga tak ingin terlalu dipuja dan banjir euforia (terutama oleh mereka yang resmi resign dari PJN/Paguyuban Jomblo Nelangsa)  seperti hari Sabtu maupun Minggu.  Secara leksikal bisa jadi Selasa dimaknai sebagai hari yang tepat untuk mawas diri serta introspeksi.  Seperti yang sudah aku kutip dari majalah Paras (lupa edisi berapa) mengenai hikmah dibalik hari Selasa. " Hari Selasa, disebut Rasulullah Saw. sebagai hari darah sebab di hari itu Siti Hawa haid dan anak Adam (Habil) dibunuh saudaranya. Beberapa ulama mengatakan bahwa di hari Selasa, tujuh jiwa telah dibunuh: Jirjis As, Nabi Yahya As, Nabi Zakariya As, tukang sihir Fir'aun, Asiyah binti Muzachim (istri Fir'aun), orang yang mempunyai sapi dari bani Israel, dan Habil, putra Nabi Adam As."


Kebahagiaan perdana yang dilontarkan Selasa adalah keserasian penampilan teman-teman kantor yang mengenakan seragam baru. Baik karyawan pria maupun wanita  terlihat chic mengenakan seragam baru dengan paduan warna merah bata dan orange pada blazer dan kemeja. Entah ada perasaan lega saat mendengar banyak respon positif rekan-rekan dari divisi lainnya terhadap new look mereka (mau menyebut 'kami' kok sepertinya masih malu-malu tomcat). Ihiiiy...berarti jerih payah "tim hunter" yang jumpalitan ngubek-ubek PGS, BTC, dan toko kain seantero Solo, ga sia-sia donk! Guys, you make my day! Semoga anggaran dinas segera keluar sehingga ada dana untuk membuat seragam dengan warna dan model lainnya. Amin... (doa pegawai teraniaya).

Manisnya Selasa masih tereguk nikmat saat bendahara kantor tiba-tiba menyodorkan beberapa lembar kertas untuk kutandatangani. Dengan menatap sinis pada tulisan yang terketik rapi (takut disuruh nglunasin hutang) aku mengeja perlahan. "Insentif..pegawai...bulan Mei ...2012". Sedetik kemudian, dadaku bergolak, mengembang dan mengempis secara otomatis bak bidadari kena sinusitis. Tanpa tedeng aling-aling, space kosong yang terletak dibawah namaku langsung kutandatangani dengan bolpen termahal (hadiah beli ciki 2000 perak!) yang sudah berstandar SNI plus lolos sertifikasi ISO:2001. Entah kenapa saat itu aku merasa wajah bendaharaku terlihat begitu cerah, bersinar serta memendarkan kecantikan setara Olga Syahputra. Ah..sungguh memukau...

Selasa juga sempat menyandera spontanitas empatiku secara tiba-tiba hingga dalam sekian detik sulit kuputuskan apakah aku harus lega, kecewa, berduka, atau malah bahagia. Siang tadi aku dikejutkan oleh kehadiran seseorang dikantor. Ia memang sengaja ingin bertemu denganku sehingga rela menunggu diuar ruangan. Sesosok wanita manis berambut panjang dan  berbalut T-shirt berwarna kuning cerah dengan logo merk minuman kesehatan dibordir di bagian dada sebelah kanan. Dari penampilannya yang eye catching dan membawa beberapa produk minuman dalam goodie bag, aku dengan cepat mengetahui profesinya sebagai SPG. Namun kenapa ia mencariku? Kenapa tidak menawarkan produknya pada rekan-rekan yang lain?   Hampir beberapa menit aku mencoba mempertajam memoriku tentangnya. Namun sulit kutemukan identitasnya dalam celah sel otakku yang sepertinya memang perlu di up-grade. "Mbak Andien lupa ya sama saya?", ucapnya berbalut kecewa. Aku tersenyum kikuk, menyerah. Dengan mengemas senyuman dan menghela nafas, ia akhirnya berujar, "Aku Desti, mbak. Dulu pernah kerja disini." Seberkas sinar benderang seolah menembus dan melubangi dimensi ingatanku. "Destiiii!!!" jeritku histeris. Kami pun berpelukan dan bergegas mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol.

Desti adalah teman baik yang kutemukan secara tidak sengaja. Kami memang satu kantor, namun beda divisi. Ia salah satu pelanggan lulur daganganku yang loyal. Dulu, Desti bekerja di divisi pengamanan. Sehari-hari dia nampak gagah berbalut seragam semi militer dengan rambut berpotongan pendek ala polisi wanita. Namun nasibnya mungkin kurang mujur. Status Desti sebagai pegawai kontrak menempatkannya pada posisi sulit. Singkatnya, ia kena PHK pada awal Januari lalu. Desti yang biasa kusapa saat aku melewati posko tempat ia bertugas ialah sosok wanita tegas dan tomboy. Penampilannya sepintas mirip laki-laki. Sungguh berbeda dengan apa yang ada  dihadapanku siang ini. Kupandangi lekat-lekat hingga membuatnya jengah. "Kamu pinter dandan ya sekarang", pujiku tulus. Desti hanya terbahak. Dari bibir yang dipulas lipstick warna orange muda, sebuah kisah bergulir. Pasca kontraknya resmi tidak diperpanjang, ia memutuskan kembali ke daerah asal, sebuah kabupaten di Jawa Timur. Baru beberapa minggu disana, ia tidak betah menganggur.  Desti lalu mencoba bergabung dengan salah satu agency di kota Solo dan akhirnya dikontrak sebagai  SPG untuk event-event tertentu. Banyak produk yang sudah ia pasarkan, mulai dari rokok, minuman energi, kopi, hingga makanan kecil. Desti mengaku sangat menikmati pekerjaan barunya ini. Terutama dari segi finansial. Selama ini dia sering stay di Solo karena memang agency nya berada disana. Aku turut bahagia sekaligus haru mendengar penuturannya. Saat kutanyakan apakah suaminya yang anggota kepolisian itu tidak keberatan sering ditinggal sang istri, Desti menanggapi santai, "Aku udah pisah mbak sama suamiku. Proses bercerai". Sontak aku terbelalak kaget. "Ber..ce..rai", ucapku terbata. Desti hanya mengangguk dan berusaha menghindari tatapanku. Aku tahu, usia pernikahan Desti hampir sama dengan usia pernikahanku, belum ada 1,5 tahun. Tanpa capek-capek bekerja pun, Desti sudah bisa hidup layak dengan penghasilan sang suami. Perlahan, Desti mengisahkan bahwa dia sudah lelah dengan masalah yang mencabik-cabik perasaannya. Biduk perkawinan mereka tidak cukup tangguh untuk terus dikayuh. Desti seolah menemukan dirinya utuh dalam makna kebebasan yang terkecap saat ini. Sebuah keputusan yang sulit kupahami namun sangat kuhargai...


Di penghujung Selasa, ternyata masih ada kejutan tersisa. Seusai jam kantor, bergegas  kubuka situs porno jejaring sosial. Ada link yang sengaja kuakses demi mengetahui hasil promo berhadiah yang dihelat produk roll on ternama. Hehe..., dijaman serba sulit seperti sekarang ini, menggantungkan nasib pada undian berhadiah memang semakin sah saja. Bulan kemarin, iseng-iseng kukirimkan data diri dan copy struk belanja brand roll-on yang memang sudah kupakai sejak SMP itu. Awal Mei lalu sudah diumumkan 10 pemenang yang beruntung shopping gratis ke Hongkong. Uhm...aku harus gigit jari karen gagal jadi pemenang dari sekian ribu peserta yang mayoritas memang konsumen loyal. Batal deh nge-date ama Jacky Chan! Namun aku masih sedikit berharap pada kesempatan kedua, yakni hadiah hiburan berupa tas Charles&Keith untuk 500 pemenang. Setelah mengucek-ucek mata (karena tulisannya kecil seupil) dan membasuh wajah dengan susu kuda liar Sumbawa, akhirnya kutemukan jg namaku disana : 

Kesalahan bukan pada mata tetangga anda...


Alhamdulillah, puji syukur untuk rejeki-Mu ya Rabb. Ternyata semesta juga menitipkan pelangi sarat gradasi di sudut-sudut Selasa. Begitu berwarna dan terlihat kontras bukan sekedar monokromatis. Malam ini akan penuh renungan. Banyak rasa syukur sekaligus penyesalan yang terlontar. Kutarik nafas hingga kupenuhi paru-paru dengan kenikmatan oksigen gratis dari-Nya. Damn, I do love Tuesday...




20 Mei 2012

SIHIR DEWI 'DEE' LESTARI dalam Book Signing "Partikel"

Sosok Dewi Lestari yang akrab dikenal sebagai Dee, bukanlah the real alien bagiku. Sejak jaman abegeh labil alias masa-masa SMA, lagu-lagu trio RSD (Rida-Sita-Dewi) udah jadi request wajibku ke penyiar radio favorit (keliatan banget ya, eike lair taon berapa.Hohoho). Bahkan sampai saat ini pun, lagu-lagu mereka, seperti 'Datanglah', 'Antara Kita', Kepadamu,' Kusadari', dll,  masih stay dengan manisnya di playlist henpon ogut. Oh..., jadi inget kisah cintaku yang bertepuk sebelah tangan ama tukang bakso  guru Fisika. Saking kagumnya pada beliau, daku bela-belain duduk di bangku paling depan demi melototin kumisnya yang merekah indah...ah, andai tak kuingat nilai 5 yang bertengger sadis di lembar jawaban ujianku, tentu cinta ini masih hangat membara. 

Kini, hadirnya Dee kembali menyeruak di salah satu ruang hatiku. Sepotong hati yang sengaja kusisihkan untuk menyimpan nama-nama mereka yang sukses membuatku terkagum-kagum baik karena performa-nya (a.k.a kegantengannya) atau karena karyanya. Dee, melalui buku maupun novelnya yang sangat fenomenal dan jaminan best-seller, pun bersanding dengan para idola jadulku, sebut saja David Beckham, Kahitna, Panji Trihadmodjo, dan Kiwil Dian Sastro. Aku menyadari bahwa starting ku untuk larut dalam keindahan pulasan kata sarat imajinasi brilian ramuan Dewi 'Dee' Lestari sangatlah terlambat! Tetralogi Supernova; Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh (KPBJ), Akar, Petir, dan Partikel, baru kukenal pada tanggal 18 April 2012. Padahal Dee mulai memproduksi Supernova yang pertama (KPBJ) pada tahun 2001. OMG, sebelas tahun aku baru terbangun?! Demi menebus dosa sekaligus menuntaskan rasa penasaran akibat 'kehebohan' time line teman-teman follower akun @deelestari pasca launching  novel Partikel pada 13 April lalu, aku akhirnya membeli satu paket Supernova.

Sebuah pertanyaan membuncah pasca tenggelam dalam tetralogi racikan Dee yang mampu membuat keningku berkerut karena berpikir ekstra demi menaklukkan diksi dan makna didalamnya. "Sebenernya, otak Dee ini terbuat dari apa sih?." Misalnya saja, Partikel. Wanita cantik ini mampu mengolah novel setebal 500 halaman dengan berbagai topik kontemporer dan refleksi makna hidup yang indah untuk dicerna. Telaah etnobotani, mikologi, fotografi, UFO, hingga isu orang utan dan konservasi hutan berpadu sinergis dalam Partikel.  Benar-benar mencerminkan kecerdasan intelektual penulisnya. Tak heran jika Dee rela tenggelam dalam riset berbulan-bulan bahkan dalam hitungan tahun demi kesempurnaan karyanya. 

Intim dengan Supernova justru semakin membiusku untuk berburu karya-karya Dee lainnya. Perahu Kertas, Rectoverso, Madre, dan Filosofi Kopi seakan menjadi candu yang membuatku ketagihan hingga sakaw berkepanjangan!


Buku karya Dee yang kukebut selama satu bulan, April hingga Mei 


Everything really does happen for a reason. Starting-ku yang terlambat (dalam konteks get in touch dengan karya-karya Dee) justru merupakan timing yang tepat. Ditengah kondisiku yang sedang jatuh hati, aku dikejutkan dengan informasi dari @bentangpustaka mengenai diadakannya acara book signing Partikel oleh Dewi 'Dee' Lestari di Togamas Affandi, Jogjakarta, pada hari Jumat, 18 Mei 2012, jam 18.00 - 19.00 wib. Sungguh, kalo boleh menganut paham lebayatun, aku merasa inilah 'skenario' indah yang dirancang Tuhan untukku. Gimana enggak? Tanggal tersebut bertepatan dengan agenda cuti bersama dimana nyokap dan adik-adikku dipastikan libur. Bokap, yang sampai saat ini selalu setia mengantarkanku kemanapun, kebetulan lagi kosong jadwal gaul-nya (uhuk). So,  hari Jumat jam 10 pagi aku cabut ke Jogja bersama pasukan penggembira, bokap, nyokap, dan dua adikku. Lagi-lagi suami tercinta batal gabung karena tugas kantor yang urgent. Uugh!

Kami transit di rumah saudara di daerah Condong Catur, Sleman,  yang letaknya sekitar  1,5 kilometer dari lokasi book signing. Bokap dan nyokap memutuskan istirahat disana, sehingga hanya aku dan dua adikku yang berangkat ke Togamas. Dan saudara-saudara, kami tiba dua jam lebih awal dari jadwal book signing! Walhasil, untuk membunuh waktu, kami sepakat rehat di Djendelo Tanah Airkoe Kafe yang terletak di lantai II toko buku Togamas. 



Kasian Oom, udah dua hari belum makan...

My brother, sang driver dadakan

Yang ini sebagai pemain cadangan saat aku pingsan :p


Pada saat acara book signing akan dimulai, sambil menunggu kehadiran Dee, panitia dari Bentang Pustaka ngadain semacam kuis berhadiah. Sebagai sosok MOR (Manusia Ogah Rugi), jelas aku ga mau melewatkan kesempatan ini. Ibarat jaelangkung, datang tak diundang, pulang wajib bawa hadiah dari penerbit Bentang! Emsi nya sih cuma nyuruh angkat tangan bagi peserta yang pengen dapat hadiah. Tapi, ia harus siap menerima syarat yang diberikan. Dan eike dengan malu-maluinnya spontan angkat jempol dan goyaaaaaang! Ga laah. Eike angkat tangan dan maju kedepan. Ternyata syarat untuk dapat doorprize  cukup gampang. Ogut cuma diminta untuk bacain paragraf yang paling berkesan di  Partikel. So that easy! *melintirkumis*


Yak anak-anak, siapa yang mau dibacain ramalan jodoh dan kondisi keuangan????

Yippiee.., thank you buat hadiah kuisnya ya kakak2 semuaaaa *kisskiss*



Jreng..jreeeng..jreeeeng...dan tepat pukul 6 petang, yang ditunggu-tunggu datang juga. Here is she, the fabulous author, Dewi 'Dee' Lestari! Aaaaaaaaa...*nganga imut*



Make up Dee yang segar dan natural membuat auranya semakin bersinar


 Speechless liat sang Supernova yang aslinya cantiiiik banget




Akhirnya..., it is too good to be true. Thanks God!


Sebagai peserta yang (menurutku) cukup beruntung berada di antrian pertama, tentu aku ga cukup puas gitu aja donk (naluri serakah! qiqiqiks). Berhubung panitia membuat peraturan bahwa book signing selain Partikel harus menunggu antrian sesi berikutnya, tanpa malu-malu kuperdaya kukerahkan dua adikku untuk ikut mengantre. Kebetulan aku masih punya Madre dan Filosofi Kopi yang belum ditandatangani oleh penulisnya. 


suasana antrean sesi kedua

Suka cita calon korban yang ga sadar kena tipu muslihat. Sungguh malang nasibmu, Nak...



yaya n dee

Ciee..cieeee


Uhuuuy...senangnya bisa ikutan book signing di Jogja. Lebih seneng lagi karena ternyata  kampuang halamanku, Semarang, masuk dalam agenda book signing berikutnya. Pengen ikut lagiiiiiii!









06 Mei 2012

Gedubrag prok..prok..bug



Minggu yang sangat membahagiakan. Hati ini terasa tentram dan nyaman...Ooh angin bawalah hujan kepangkuan. Wahai dewi Bulan, kembalilah engkau ke kahyangan. Duhai embun pagi, jangan lupa gosok gigi...




 Hohoho..tenang sodare-sodare, jangan buru-buru manggil mantri suntik buat kasih eike vaksinasi anti rabies. Aye masih sehat-sehat aje. Sengaja pengen jadi pujangga semenit karena ga tau lagi gimana cara mengungkapkan rasa happy. Gimana engga, penantianku sebagai jablayer  selama 3 minggu full gara-gara ditinggal suami pra tugas, kini usai sudah. Kemaren Sabtu, pakne akhirnya kembali ke pelukanku. Mungkin bagi sebagian orang  ditinggal suami tugas itu hal biasa, meskipun hingga hitungan bulan dan tahun. Tapi  tidak denganku, oh ...ku tak sangguuuuuup bila aku jauuuuh dari dirimuuuuuu uuuuu uuuu (berhubung ga ada Raul Lemos buat dipeluk, eike pilih pelukan ma Termos). Secara eike kan masih butuh perhatian dan kasih sayang. Di usiaku yang masih 'belia' (sepantaran ma Afika), tentu ga bisa jauh-jauhan ma belahan jiwa. Nyesek banget deh  tiap malam kudu bengong sendirian dikamar, ngliatin romantisme pasangan cicak yang pada kecentilan kejar-kejaran kaya pilem India. Belum lagi kalo 'panggilan alam' tiba-tiba datang tengah malam. Kudu berani-beraniin ngumpulin nyawa, bangun sempoyongan ke kamar mandi yang hanya ditemani nyanyian angin sunyi. Tanpamu aku galaauuuu!!!! Mawar, maafin Ma'un yah...




Lagi enak-enak ngemil Gery Chocolatos, aku dikejutkan ma suara berdebum di ruang samping. Glabrug..gedabrug.. prok..bug..bug. Setengah berlari aku menuju ke sumber suara. Busyet, dari jarak sepuluh meter kuliat pakne lagi angkut tas guedhe dipunggung dan begitu kerepotan membawa segambreng perkakas yang dikemas plastik pertanda masih segel. Aku hampir ga bisa bedain antara penampakan suami dengan kuli panggul di terminal. Sungguh eksotis!. Seperti menangkap keherananku sekaligus jijay melihat bibirku yang 'ngowoh' melambai, suamiku berujar, "Ini perlengkapan yang mau dibawa ke Papua, cint". Spontan aku meng-ooo panjang. Seperti dulu yang pernah aku curcolkan di postingan bulan kemaren, batalyon suami emang ada penugasan ke Papua selama enam bulan. Insya Allah berangkatnya mulai bulan Juni.  "Ini semua masih baru dan dikasih...gra..tis??" tanyaku norak seraya membantu mengeluarkan (tepatnya sih bikin berantakan) barang-barang dari kantung yang segede gaban. Suamiku hanya mengangguk sambil konsen mencocokkan jenis dan kuantitas barang dengan list yang dipegangnya. Wah, otak matre dagangku segera bekerja. Widiih, kalo barang-barang ini dijual, lumayan juga ya? Toh kayaknya ga mungkin barang yang bisa menuhin rak toko kelontong ini bakalan dibawa semua ke Papua. Dengan tenang (takut  suami curiga kl istrinya ini ternyata mantan bandar dan penadah) dan diiringi tatapan mata sayu bak Nikita Mirzani, aku bertanya, "Sayang, apa segini banyak bakal diangkut ke Papua? Berapa ransel yang dibawa?". Suamiku menggeleng cepat, "Dibawa secukupnya, tergantung keperluan. Sisanya ditinggal", jawabnya datar. See?? "Sempurnaaaa! ", pekikku dalam hati. Hohoho..., kerincingan rupiah mulai menari-nari diotakku. (Pesan pemerintah : Don't try this at home!)



Ta-daaa, inilah hasil investigasiku, pemirsaaaah


Ini baru sebagian kecil yang berhasil aku keluarkan dari 'kantong ajaib'. Ssst, ternyata sempat kutemukan beberapa biji celdam loreng unyu-unyu yang menurut suami ga layak sensor!




                                 Beberapa botol sabun mandi cair yang ga ikut keangkut.
                                 Bayangkan, berapa duit yang bisa kuhemat, pemirsah?!
                                             Selamat tinggal sabun colek!! 







'Eyeshadow' yang menurut pengamat mode dan tata rias asuhan Susi Susanti, warnanya kurang nendang. Harusnya ditambahin orange terang, ungu terong, dan kuning gading. Selain itu, demi profesionalisme, juga perlu ditambah mascara, bulu mata palsu, dan stocking jala-jala









Pemirsah, cukup disini dulu hasil laporan agen kecoak nungging. Tu gerobak bang Somad, sang penjual nasi goreng kharismatik, udah siwar-siwer dari tadi. Tau aja kalo ni perut kagak ada ususnya. Bawannya laper mulu. Yuhuuuu, saatnya makaaan.....!!


"Sepenggal Kisah Masa Lalu"

Tiap paragraf yang mengkomposisikan cerita dibawah ini  diambil dari  postingan status Facebook Andiena Shanty milikku yang aku update mulai Jumat (4/5) hingga Minggu (6/5). Tidak ada pretensi apapun selain ingin berbagi energi dengan orang-orang yg memang menghargai arti perjuangan. Kalo ada yang menganggap hanya cerita basi ataupun malah jadi sumber inspirasi...., sekali lagi hanya pembaca yang bisa mengapresiasi dengan lugas dan bebas. Selamat membaca....



Sungguh sensasi yang sulit dieja jika kita bisa membuat orang yg awalnya memandang sebelah mata akhirnya jadi melotot dan ternganga tak percaya. Salah satunya adalah kejadian tgl 31 Desember 2008. Alhamdulillah...(lamunan sendu diatas kasur biru) (Jumat, 4/5)


Pagi itu di awal Desember 2008, dgn perasaan masgul kuberikan surat permohonan pengunduran diri ke HRD. Saat surat kuserahkan ke Kabag HRD, dgn kasar beliau mengambil suratku dan meletakkan begitu saja tnp membaca terlebih dahulu."Kamu ga perlu bikin surat. Akhir Desember kontrakmu tidak diperpanjang. Jelas?!!Ga perlu pake surat2 kaya begini!", hardiknya keras. Sungguh sakit&hancur perasaanku saat itu...(Jumat, 4/5)

Menyerah dan pasrah untunglah bukan doktrin yg kuanut. Ditengah cibiran sebagian rekan2 kerjaku krn ulahku yg 'sok2' an ikut tes seleksi pegawai negeri selama berhari2 (krn tes nya tdk hanya sekali), ejekan krn aku bukan anak orang berada shg mustahil bs lolos tanpa 'pelicin' maupun 'koneksi-, sindiran krn aku ibarat mimpi di siang bolong krn ikut tes hanya modal buku latihan soal yg dijual di Gramedia..., aku mencoba mengikuti tes seleksi karyawan yg diadakan Hotel Ibis Semarang. Aku masih punya 25 hari utk berjuang sblm benar2 jd pengangguran...(Jumat, 4/5)

Kebaikan orang2 yg "melindungi"ku saat aku nekat mengikuti tes selama berhari2 scr diam2 memang layak kuapresiasi. Namun sepandai2nya kita menutupi, akhirnya tercium jg. Teman yg kuanggap sahabat krn didepanku ia selalu memberikan support justru tega melaporkannya pd HRD hingga berujung ke sanksi pemutusan kontrak. Entah berapa kali aku menangis dalam sehari krn kejadian itu....(Jumat, 4/5)

Saat itu, Ibis membuka lowongan untuk mengisi kekosongan staf. Posisi yg kulamar adalah sbg staf FO. Tahapan demi tahapan kulalui. Beruntung krn tes dilakukan sore hari sepulang aku bekerja shg tidak mengganggu rutinitas sehari-hari. Lagi2 support ortu, sahabatku (seorang pria), dan ka divisi bnr2 melecut semangatku. Yg penting, disaat kontrakku berakhir di akhir Desember nanti, aku tidak menganggur. Sampailah aku pada tes terakhir yakni interview dgn GM hotel tsb yg ternyata seorang bule tulen....(Jumat, 4/5)


Sebelum ceritaku berlanjut, td ada inbox2 yg menanyakan sebenarnya aku ikut tes CPNS apa tes hotel Ibis? Jd begini teman2. Aku mengikuti selesi tes CPNS bulan November 2008 (slm 4 hari, 7 tahapan). Pihak HRD mengultimatum bahwa kontrakku akan diputus per tgl 31 Des 2008. Krn pesimis lolos di tes CPNS yg diumumkan jg pada tgl 31 Der 2008, aku jg mengikuti tes di Ibis hingga pertengahan Des 2008. Jd ini istilahnya gambling dan kuat2an adu nasib. Gt ya, dear...


Info dari HRD, aku diminta menunggu 2-3 hari lagi untuk memastikan apakah aku diterima atau tidak. Saat itu perasaanku antara yakin tidak yakin. Yakinnya, ada hawa 'sejuk' melihat perubahan sikap Mr. D saat interview season. Tidak yakinnya...tentu saja jika melihat pesaing2ku yg lain. Apalagi hotel tersebut hanya membuka kesempatan untuk 1 orang kandidat staf FO.  (Jumat, 4/5)


Saat kuceritakan hal ini pada ka divisiku di kantor, Pak Jack, ia justru menanggapi dengan berbeda. Ia berharap aku diterima menjadi CPNS, bukan di Ibis Hotel. Ia mengaku sedih dan prihatin dengan nasibku yg harus 'diputus kontrak' per 31 Des 2008 krn bocornya informasi bahwa aku pernah mengikuti tes CPNS tanpa ijin. Pak Jack merasa tidak bs melindungi anak buahnya. Mataku kembali basah saat itu. Menurutku, justru Pak Jack banyak berkorban untuk aku. Selama aku tes, ia lah yang bolak-balik mengatur 'strategi' agar kantor tidak curiga. Ia pulalah yang harus menelan fitnah orang-orang yang mengatakan bahwa pak Jack diam-diam menyukaiku krn sikapnya yang sering membela kepentinganku. Namun disaat aku berada di kota lain untuk mengikuti tes tsb, Pak Jack selalu mengatakan padaku bahwa situasi kantor kondusif dan aman2 saja. Padahal aku yakin, disana ia pasti serba salah dan merasa sangat tidak nyaman. Yang membuatku semakin terharu, ia jg sempat menceritakan masalahku kpd sang istri tercinta. Istrinya pun menitipkan doa agar aku bs mendapatkan yang lebih baik daripada pekerjaan yg sebelumnya...(Jumat, 4/5)


"GM tersebut bernama Mr.D. Tinggi, lumayan gagah, tapi agak pelit senyum shg terkesan dingin. Sblm masuk ke ruangan beliau, aku smpt berpikir, kl Mr.D pria normal dia pasti lbh memilih kandidat lain yg tinggi semampai, cantik,dan seksi. Image yg pas utk perusahaan yg bergerak di sektor hospitality. Bukan aku gadis mungil yg semeter kotor begini. Huuuf. Selama 20 menit aku berjibaku dgn rentetan pertanyaan Mr.D yg aksen Inggrisnya sering susah diterima oleh telingaku yg ala kadarnya ini. Sampai 2X aku hrs mengulang 'I beg your pardon' agar ia mengulang kalimatnya. Sampai tibalah ia menanyakan pertanyaan pamungkas yg artinya kira2 begini, "Menurutmu, jk kamu diterima bekerja disini, untuk 5 tahun kedepan kamu akan jd seperti apa?". Dengan spontan (krn pikiranku sudah buntu dan perut sdh kaku) aku menjawab, "I'll replace your position!". Ajibnya, ia kemudian tersenyum sangat manis, manggut-manggut, dan mengucapkan terimakasih. Mr.D bahkan membukakan pintu serta mengantarkan aku sampai ke lobi. Pertanda baikkah ini??  (Jumat, 4/5)

Tanggal 22 Desember aku dipanggil HRD hotel tersebut. Nama sekretarisnya aku masih ingat, Miss Nessa, wanita berparas manis yg usianya mungkin beberapa thn dibawahku. Dengan sumringah ia menginformasikan kl aku diterima dan bs segera medical check disebuah laboratorium rujukan hotel tsb. Alhamdulillah, hatiku lega. Minimal di awal Januari 2009, aku tidak menganggur. Saat menyerahkan surat pengantar utk kubawa ke lab, Miss Nessa tiba-tiba bertanya, "Mba Andien, sbnrnya apa jawaban mb Andien pada Mr. D di akhir wawancara". Sebelum kujawab, Nessa bercerita bhw Mr. D terkesan pada kharakter ku yg tercermin pd jawabanku di poin terakhir. Masih cerita Nessa, kabarnya Mr. D berkata kl aku tipikal wanita ambisius yg periang dan tangguh. Nessa mengulang pertanyaannya mengenai apa jawabanku yg berhasil meng-KO Mr.D. Sambil berbisik, kuceritakan kalimat yg kulontarkan ke sang GM. Kontan Nessa terpingkal-pingkal dan tidak menyangka bahwa jawabanku hanya cekak aos tidak rumit seperti bayangannya. Well, terkadang yg spontan itu adalah transformasi dari kejujuran. Dan satu hal yg pasti, Mr D ternyata tidak normal! Hehehe...(Jumat, 4/5)

Tanggal 30 Desember 2008, hatiku smkn deg-deg an. Mengingat pengumuman hasil tes CPNS akan dipublikasikan via media cetak dan online keesokan harinya. Namun kembali aku menghibur diri, toh kl aku tdk lolos, aku masih bs bekerja di Ibis. Kembali kuingat tlp dari Nessa, bhw aku bs mulai bekerja setelah tahun baru. Saat kutawar tanggal 4 Januari (tepat di hari ulang tahunku), ia pun setuju. Subhanallah. Sungguh lunak manajemen mereka. Rekan2 sekantorku, kecuali pak Jack, memang blm tahu soal diterimanya aku di Ibis. Dalam lamunanku pasca shalat Dhuha di ruang kecil yg difungsikan sbg mushola oleh para karyawati, sesosok Bu Ani (atasan Pak Jack) tiba2 masuk dan duduk tepat di sebelahku. Dengan senyum keibuan, ia mengelus pundakku. Setengah mati aku berusaha menahan emosi dan air mata. Aku paling benci dikasihani. Tapi aku tdk pny pilihan selain menerima dukungan moral darinya. Ia berujar pelan, "Saya dulu yg menyeleksi km utk diterima bekerja disini. Saya tau km pny banyak potensi. Tapi mau gimana lg. Apa yg kita miliki blm tentu sesuai dgn kehendak pimpinan. Keputusannya adalah peraturan. Semoga km bs mendapatkan pekerjaan yg lebih layak drpd disini. Sukses ya, Andien. Maafkan saya yg ga bs berbuat apa-apa...". Aku duduk mematung, tanpa sanggup berucap apapun....(Sabtu, 5/5)


Inbox yang masuk kebanyakan beropini bahwa sepertinya aku betah dan kerasan bekerja di perusahaan tersebut sehingga terlihat aku begitu berat meninggalkannya. "Apakah disana gajinya besar mbak Andien ?". He..he..he, kalo bertanya gaji, aku no comment ya dear. Dalam lingkungan kerja, bagiku yg penting nyaman. Besar kecilnya gaji kan relatif. Menanggapi komentar yang mengira aku sepertinya berat meninggalkan perusahaan yang sdh mempekerjakan aku slm 6 bulan, jujur, bkn itu sebenarnya yg aku rasakan. Aku hanya sedih menyandang gelar 'karyawati PHK'. , dari tempat kerja manapun. Beda dengan teman2ku yang resign krn pengunduran diri, status PHK sepertinya kurang civilized. Merasa tidak berguna, dicampakkan, dan terus2 menerus dikasihani. I do hate those feeling!


Tahun 2008 adalah tahun terberat bagiku, terutama dari sisi tekanan psikologis. Tahun2 sblmnya adalah masa keemasanku. Begitu banyak kemudahan yg diberikan Tuhan kepadaku. Sebelum lulus kuliah, aku sdh diterima bekerja di sebuah hotel bintang 4 di Semarang dgn gaji pertama setara PNS gol IIIA masa kerja O thn, kemudian aku lompat ke sebuah bank ternama setelah 6 bulan bkrja di hotel. Begitu mudah aku mendapat pekerjaan dan berpindah2 sesuka hatiku. Aku heran, knp aku sangat menyukai kompetisi. Bersaing dng ratusan pelamar membuatku ketagihan. Setelah 2 thn berkutat di bank, aku mengalami titik kulminasi. Masalah demi masalah timbul akibat kekhilafanku.Aku pun resmi mengundurkan diri dan akhirnya bekerja di perusahaan yg aku ceritakan ini. Hingga puncaknya aku menerima ultimatum bhw kontrak kerjaku tidak akan diperpanjang. Di hari2 terakhirku bekerja disana, aku mendambakan kelak bs bekerja di perusahaan atau instansi yg tidak memakai sistem kontrak. Perusahaan yg memberikan jaminan masa depan dan jenjang karir yg jelas. Aku begitu trauma melihat draft perpanjangan kontrak. Timbul harapanku, semoga di thn 2009 saat aku bekerja di Ibis, aku bs menjadi karyawan tetap, bkn kontrak ataupun outsourcing...(Sabtu, 5/5)

Hari itu datang jg. Tanggal 31 Desember 2008 merupakan hari yg dinanti oleh ribuan orang, termasuk aku, yg telah mengadu peruntungan di sebuah dimensi bernama tes CPNS. Pengumumannya serempak. Seolah aku merasakan hantaman godam berjamaah krn detak jantung ribuan org tersebut. Dikantorku, aku bergeming, menanti saat yg tepat untuk meminjam komputer di ruangan divisi lain yg memang difasilitasi koneksi internet. Sesaat aku dihebohkan dgn kegaduhan kecil rekan2 kerjaku yg berjalan tergesa kesana kemari. Ada yg berebut surat kabar dan beberapa memilih mengerumuni layar komputer. Diliputi penasaran, aku berbaur dgn mereka. Aku tercekat, ternyata rekan2ku sdg melihat hasil pengumuman tes CPNS. Pandangan mereka terlihat antusias menelisik nama demi nama. Rupanya, lebih dari 8 org yg ada diruangan itu jg melakukan hal yg sama dgnku, menjajal peruntungan pd tujuan serupa. Bukankah selama ini mereka mengatakan tdk mengikuti tes tsb? Bukankah HRD mengklaim akulah satu2nya karyawati baru yg tidak menunjukkan loyalitas pd perusahaan krn nekat mengkuti tes tsb? Tapi ternyata....?Aku tersenyum getir. Bukan salah siapa2. Aku ingat kl tes CPNS serempak diadakan hari Minggu, jd pantas saja kl aman2 saja. Tapi tes CPNS yg kuikuti memang lain. Selain hari Minggu, bagi yg lolos akan melanjutkan tahapan berikutnya yakni uji kompetensi&interview slm 3 hari. Dalam helaan nafas, apapun alasannya, nasib tak layak dipersalahkan...(Minggu, 6/5)

Entah sudah berapa kali aku ketik alamat official website sebuah pemerintah daerah setingkat kabupaten, namun lagi-lagi pengumuman yg kunantikan sulit kuakses. Sementara utk mengecek via surat kabar pun setali tiga uang. Di Semarang tentu saja jarang ada org yg berlangganan harian Solopos. Perutku kian teraduk-aduk krn ketegangan luar biasa. Tiba-tiba ponselku berdering, terlihat satu nama dilayar. Axel, nama teman baruku, peserta tes CPNS di lokasi yg kuikuti. Dengan gugup kuangkat. Axel mengabarkan kl ia lolos, baru saja ia menemukan namanya tertera di halaman tengah surat kabar. "Selamat ya. Kamu hebat!", ucapku tulus. Responnya sungguh diluar dugaan. "Ndien, kl aku keterima itu wajar, krn org tuaku sdh habis2an. Channelku jg bukan org sembarangan. Kl kamu keterima, itu baru hebat. Murni usahamu sendiri. Gimana, km lolos ga?". Kujawab pelan, "Aku ga keterima, mas". Axel diam sesaat. "Sabar ya Ndien..." Tiba2 tlp kututup begitu saja dan kutekan 'off' tanpa sebab. Aku benar2 putus asa dan pesimis diterima. Menyesal aku td terburu2 mengatakan aku gagal pdhl pengumuman itu sendiri blm bs kuakses. Dengan terbata kembali kubuka web yg alamatnya kuhapal diluar kepala. Ternyata bs! Semakin gugup kutelusuri nama demi nama disana. Posisi yg kulamar masuk kategori teknis. Jumlah yg diterima hanya 2 orang. Kerongkonganku tercekat saat aku sampai pd poin yg kumaksud. Tuhan...nyatakah ini? Euforia yg meletup2 didadaku seolah ada yg menghimpit hingga aku hanya mampu mendesis perlahan..."Mamah...,aku ketrima"...(Minggu, 6/5)



yang tercecer:
Jujur, menjadi seorang PNS bukanlah impianku sedari dulu. Kalo boleh memilih, aku ingin menjadi pegawai Bank Indonesia ataupun Pertamina (hihihi..!). Namun saat takdir seolah tercetak buram dan siap menjemput masa depanku dalam hitungan hari tanpa kutahu mana yg pasti , aku tidak punya pilihan selain meretas garis nasibku sendiri. Pekerjaan yang menggugah rasa penasaranku karena image nya, seperti Public Relation, pegawai bank pemerintah, sampai sekretaris sudah pernah aku 'rasakan'. Hingga akhirnya karena kekhilafanku, Tuhan memberikan cobaan yang jika kuambil hikmahnya adalah agar aku selalu bersyukur dalam keadaan apapun. Untukku, momen diatas adalah kondisi luar biasa yang menguras hati dan mencabik emosi. Menjadi seorang pegawai negeri mungkin bukan kebanggaan orang-orang krn kurang bergelimang materi. Tapi inilah hadiah TERINDAH dari-Nya untuk seorang karyawati yang nyaris jd pengangguran krn di-PHK seperti aku. Suatu titik balik dan lahirnya energi baru yg tidak akan kulupakan sepanjang sisa umurku. Alhamdulillah ya Rabb...


(di Hari Minggu, disela-sela jeda acara televisi favoritku)