26 Desember 2012

Penggrebekan Tengah Malam (Ijo-Ijo Part II)


Apa kabar dunia?
Yang baru bangun tidur, bengong, menatap nanar ke langit-langit kamar sambil jerit 'Beri kami ekstra libuuur!', mana suaranyaah????

Idih.., emang libur 3-4 hari, masih kurang ye, mpok? Bersyukur atuh, masih banyak temen-temen kita yang makaryo disaat liburan. Sementara yang lain bisa ngumpul dan haha hihi bersama family, banyak kan diantara kita yang terpaksa rela bangun pagi-pagi demi sesuap nasi?

Liburan kemarin, aku memanfaatkan waktu untuk kembali mengistirahatkan mata serta hati dari godaan syaiton yang terkutuk (biasanya sih, ngintipin kucing pacaran jadi agenda wajib tiap malam). Keluarga dari Semarang kembali menawarkan "paket escape" sejenak dua jenak menuju lokasi wisata di kawasan sejuk. Walau diawal aku sempet bete karena keluarga datang ke asrama tepat jam 12 malam dan lagi-lagi pake ajian gedoran kameha meha (heran, seneng amat ni ortu bikin anaknya jantungan), namun endingnya tetep bahagia lah. Family time!!

Bokap ngajakin nostalgia ke Telaga Sarangan, salah satu obyek wisata yang terletak di kaki Gunung Lawu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Terakhir kesini sih saat aku masih SMP. (jaman ngefans-ngefans nya ama  Andre Stinky hihihi). Nah, berhubung udah bertahun-tahun lampau, wajar kalo bokap agak-agak lupa medan. Sebenernya bukan lupa ding, emang sengaja cari  medan yang beda aja. Kalo dulu, dari Semarang, kami lewat Tawangmangu untuk menuju Sarangan.  Sedangkan sekarang,karena sang putri semata wayang berdomisili di Sragentina Jaya di Darat, Laut, dan di Udara, maka dipilihlah rute yang sedikit berbeza dan (sepertinya) lebih dekat, alias langsung lewat Magetan.

Namun saudara-saudara, entah karena bokap belum sempet sarapan atau karena mobil diisi oleh lima penumpang labil dan gokil (becandaan melulu sepanjang jalan!),  walhasil...nyasarlah kami dengan sukses!

Dengan pede dan berwibawa, mobil bokap melaju sampai nyaris meninggalkan Madiun. Sebenernya beberapa penumpang, termasuk eike, sudah mengendus kecurigaan. Opo tumon, mau ke arah pegunungan kok hawa semakin panas dan udara semakin full polusi? 


Akhirnya penumpang jejeritan minta bokap minggirin mobil buat nanya ke seseorang. Daripada dikudeta, bokap terpaksa manut. Dan..., benar dugaan kami. Mobil bokap telah kebablasan sejauh 40 km! Bujuuug...!

Akhirnya setelah kami semua insap dan kembali ke jalan yang benar, begitu sampai Magetan, situasi malah semakin tidak kondusif, pemirsa. Perjalanan yang lumayan lama gara-gara insiden salah jalur, ditambah hujan lebat yang turun tiba-tiba, membuat para penumpang plus bokap menderita kelaparan akut. Beri kami makaaaan!! 

Melati (26 tahun), korban pengusiran Ibu Kos 


Untung ada warung di pinggir jalan yang keliatannya bersih dan nyaman. Langsung hajaaar!! Hmmm...soal rasa...ehm...ga begitu mengecewakan. Soal harga...uhm...bikin pingsan! Lebih mahaaaal dari warung nasi kucing langganan ogut. 

Tingkat kelaparan berbanding lurus dengan tingkat kenarsisan

Gimana mau menang lawan Malaysia kalo makanannya krupuk mulu?

Dan, syukurlah kami tiba di obyek wisata Sarangan dengan selamat, bahagia, sentosa, dan sukacita. Hujan berganti gerimis membuat suasana semakin romantis. Aaaah...jadi pengen peyuk seseorang...ihik-ihik..!


Sumpah, jagung bakarnya enak banget. Muda dan renyah.



"Udah mirip Mathias Muchus, blm?"





Ya elah, apa bedanya ama di mall kalo gini seh? Gagal move on -_-"



Iiih..., kaki eike napa jadi melengkung gitu, yak?





Feeling sooo fresh!


Telaga Sarangan menjelang senja. Pesonanya juara!




Nyokap yang ga sadar kejebak suruh bayarin ongkos sewa boat.


Anak durhaka. Simbok belanja, malah ngartis




My favorite stall! 
Kios tas asli bahan lokal



Oleh-oleh dari Sarangan. I love 'em all.
 (Lebih eksotis daripada tas Herpes demenannya Angel Lelga, kan?)



Huuuuf.....
Trip ke Sarangan memang membawa berjuta kenangan. Berangkat kesasar, pulangnya apalagi. Hiks. Mana hari udah gelap, lewat sawah-sawah dan berjam-jam ga bisa balik ke jalan raya. Duh, kayaknya kudu selametan dulu deh biar ga keulang seremnya. Huhuhu...

Sampai ketemu di sesi ciamik berikutnyaaaaa....^^



15 Desember 2012

Tiada Seindah Hari Ini

Yipikayeeee,

Hari ini terlihat berbeda dengan hari-hari biasanya. Fenomena Jumat 'keramat' kah? Bisa jadi. Ngga tahu kenapa, Jumat ini terasa begitu indah dan penuh berkah. Tanpa didahului mimpi dipatok uler sampai nyusruk ke semak-semak (yang berdasarkan Primbon Tafsir Mimpi artinya adalah 'harapan akan terkabul'), tiba-tiba secara bertubi-tubi diselingi uppercut kanan-kiri, ada 4 sosok luar biasa yang 'menghadiahi' aku buku tanpa basa basi! Ahihihi.  Trakdungcrekdesh!.

Terimakasih mas Anang, mas Agung, Ki Dalang Rohmad Hadiwijoyo  (penulis buku 'Bercermin di Layar: realita Antar Cerita) , dan Khrisna Pabichara (penulis novel 'Sepatu Dahlan', 'Surat Dahlan', dan 'Gadis Pakarena") atas special gift nya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Amin

Beberapa udah kusampul, sebagian lagi masih bugil

Dan, akhirnya di pertengahan bulan Desember ini, amunisi bacaan bisa bertambah. Tidak perlu ditarget harus selesai dibaca semua pada bulan ini. Bagiku, membaca itu pleasure bukan pressure. Kalo kita membaca dengan terburu-buru seolah dikejar deadline, apa bedanya dengan target menikahi anak pak Kades karena kuatir disamber orang ? (idih, jauh banget perumpamaannya?)

makin variatif genre-nya, makin sedap bacanya
Masing-masing buku diatas, punya latar belakang historis tersendiri. Ibarat jodoh yang telah dipersatukan, mereka datang karena sudah ada campur tangan Tuhan, yang tidak seorang manusiapun memiliki kuasa untuk memisahkannya (gleg...kok jadi religius gini?). Alkisah, begini ceritanya....


  1. The God of Small Things (Arundhati Roy) edisi terjemahan . Gara-gara temen sekantorku punya ni novel , aku jadi histeris. Ingat masa lalu, cint! Banyak kenangan dengan novel karya penulis India ini. Saat menyelesaikan kuliah S1, aku membedah novel ini. Kalo ga salah judul skripsiku "Unveiling Incest as The Miror of Soul Depression on The God of Small Things and Its Rellevance To The Modern Society". Wah, waktu kuliah sih boro-boro punya novel aslinya. Baik versi bahasa Inggris maupun terjemahannya, semuanya fotokopi, bro. Dan tragisnya, fotokopi bukan disetting ukuran sesuai dengan buku aslinya, melainkan memanjang mirip LKS jaman SMA. Haduuuuh. Tapi herannya, waktu itu kenapa bisa menikmati ya? Hihihi...! Oh, big thanks buat mas Anang yang sudah mau direpotin dan dititipin novel ini. Bahkan ga mau diijoli, lagi. Aaaah...jadi enak nih!
  2. Catatan Harian Anne Frank. Dari amunisi Desember, ini buku yang aku baca duluan. Baru nyampe halaman 100 (dari  total 448 halaman). Dapetinnya agak susah karena ternyata masuk kategori buku langka. Sempat menghubungi penerbit Jalasutra, tapi rupanya belum dicetak ulang. Waktu itu temenku, Dian, juga lagi berburu buku ini. Syukurlah, ada onlineshop yang masih punya stocknya dua pcs. Dapet deh!
  3. Robohnya Surau Kami (AA. Navis). Buku ini dapat dari penjual buku seken via Facebook. Tokonya di Surabaya. 
  4. Mimpi-Mimpi Einstein (Alan Lightman). Gara-gara banyakan mikir pas mau beli biografi Einstein yang baru aja diterbitkan penerbit Bentang Pustaka (harganya lumayan bikin megap-megap), eh malah ketemu ama buku ini. Seken tapi masih 95% bagus. Walau yang ini berupa novel, toh yang penting sama-sama tentang Einstein. Muahahaha
  5. Kick Andy sesi 3, Kisah Inspiratif. Kalo yang ini hibahan dari Mas Anang (again). Pas pertama launching sih pengen beli, tapi untung kutahan-tahan. Kayaknya firasat bakal ada yang ngasih. Hihihi..makasih kakak!
  6. Kumpulan Kisah Klasik Dinasti Ming : "Kisah Belut Emas" (Feng Menglong). Buku setebal 476 halaman edisi hardcover ini pemberian dari mas Agung ,temen sekantornya mas Anang (Uhm, coba kalo seisi kantor mereka menghibahkan buku ke aku, bisa nyaingin Gramedia kan? qiqiqiqiks). Wah, pasti banyak wisdom yang kudapatkan jika membaca buku bersampul kuning ini. Apalagi ada embel-embel dari penulisnya, "Untuk orang tua dan para saudara perempuan kami'. Uhuuuy...lucky me. Trims, mas Agung.
  7. Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran. Beli via online di lapak seken. Tapi bukunya sendiri masih new segel. Termasuk buku langka (yang cover asli). Penasaran ingin memiliki buku ini gara-gara dalam biografi WARKOP DKI, "Main-Main Jadi Bukan Main" (yang udah kelar kubaca seminggu lalu), ada bahasan eksklusif tentang sosok Soe Hok Gie.
  8. 5 cm (Donny Dhirgantoro). Beli novel ini karena saat itu lagi heboh bahwa novel akan di film kan dengan judul yang sama. Maksud hati sih ingin baca novelnya dulu, baru nonton film nya di bioskop. Dan ternyata sampai saat ini, novel belum kubaca...., film nya pun belum kutonton. Hihihi..!
  9. Bercermin Di Layar, Realita Antar Cerita (Rohmad Hadiwijoyo). Nah, kalo yang ini, alhamdulillah, dapat dari penulisnya langsung. For free!! *kibas daster*. Awalnya ga sengaja baca timeline nya Rudi Valinka (@kurawa). Dia posting semacam testimoni kalo buku "Bercermin Di Layar, Realita Antar Cerita" itu bagus, mengena, namun tidak menggurui. Cocok dibaca untuk kalangan akademisi maupun siapa saja yang tertarik dengan lingkungan politik dan pemerintahan. Spontan, aku mention @kurawa, becanda bilang bahwa aku mau pinjem bukunya. Eh, postingku tadi malah di cc in ke akun twitter penulisnya, @RHadiwijoyo, atau akrab disapa Ki Dalang. Dasar rejeki ngga kemane, bang. Pak Rohmad malah mengirimkan bukunya itu ke aku.  Senengnya lagi, Ki Dalang juga janji akan mengirimkan buku jilid ke -2. Wah, maturnuwun Ki Dalang. Semoga makin sukses. Amin


  10. Kamus Nama Indah Islami  (Khrisna Pabichara). Penampakan buku nya belum ada, karena memang masih dalam proses pengiriman. Buku "Kamus nama Indah Islami" merupakan hadiah kuis via twitter yang diadakan oleh Penerbit Zaman. Pertanyaannya waktu itu seingatku, "Mengapa orang tua harus memberi nama yang indah pada anaknya". Tiga jawaban terbaik berdasarkan pilihan Khrisna Pabichara kan mendapatkan hadiah buku tersebut. Ini jawabanku :

    Syukurlah, jawabanku terpilih. Maturnuwun, Daeng Khrisna.













postingan bulan kemaren





11 Desember 2012

Beri Kami Ijo!



Apa korelasi pepatah 'Kejutan Selalu Menyenangkan' dengan 'Penggerebekan Itu Nikmat, Jenderal!' ???Menurut ahli tata bahasa dunia dan akherat, kedua ungkapan tersebut memiliki hubungan intim yang maha dahsyat. Anda tidak percaya? ?Apalagi saya...

Menelisik, menelusur, dan menggrepe-grepe, kejutan abrakadabra di hari Minggu lalu memang terasa sederhana namun syedap tak terkira. Pokoknya,ooh... sampe tumpeh-tumpeh *mendesah ala Jupe*. Gimana engga? Lagi enak-enaknya meringkuk pasrah ditempat tidur, tiba-tiba terdengar gedoran ala militer (baca:kaget mampus, cint!). Sempat suudzon, mungkin itu para tetangga kanan kiri yang selama ini memendam protes gara-gara 'rintihan tidur' ku (alias ngorok) tiap malam. Dan bisa jadi, mereka balas dendam. Aku akan diarak paksa ke lapangan asrama! Oh, maafkan istrimu yang kece ini, suamiku...

 Dengan muka sepet (kaya artis yang dikuntit wartawan impotemen saat jalan ma selingkuhan) , aku beringsut ke depan. Saat pintu kubuka dengan nada dasar A minor, tiba-tiba menyembul beberapa mahkluk yang kayaknya sudah tidak asing lagi di dunia persilatan. Aku sempet mengucek-ucek mata, apakah ini tim kejutan Rafi Ahmad yang mau sidak sabun cuci piring??? Ternyata bukan! Mereka adalah keluargaku dari Semarang. Ortu, adik-adik, dan tante tiba-tiba datang menengokku untuk mengajak jalan-jalan. Horeeee!!!! *lempar kutang*.

Berhubung adik ipar lagi hamil muda, nyokap punya rencana buat ngajak pergi ke tempat yang banyak rumput dan tanaman ijo-nya, (kayanya nyokap agak ketuker bedain antara 'wanita hamil' dan 'kambing'). Alhasil, setelah mandi bebek dan dandan ala sinden haus job, melesatlah daku bersama family ke lokasi yang telah disepakati berdasarkan perjanjian Linggar Pinggul (itu Lingkar, bego!). Yaitu : Rumah Teh Ndoro Dongker -- Kebun Teh Kemuning -- Tawangmangu. Hmmm...sungguh lokasi yang cucok buat abege seperti sayaaaah! 

Sebagai artis melankolis, foto-foto ngeksis yang bikin fans-fans histeris selalu eike share dimari. Jangan berebut...semua pasti boleh ngintip. Plis kejedot!

1. Rumah Teh Ndoro Dongker (Jl. Afdeling Kemuning No. 18, Karanganyar, Jawa Tengah)
 Pertama kali kesini sih akhir tahun 2011 saat kencan ama mantan. Eh..., lama-lama jadi ketagihan deh. Selain lokasinya yang menawarkan hawa birahi eh hawa kesejukan, teh dan camilannya juga ajib! Banyak pilihan teh racikan yang bisa dijajal. Mulai dari teh hijau kemuning, teh oolong, teh hitam, teh herbal, teh 63 (kenapa ga 69 sekalian yak?), hingga teh aroma Inggris


Aneka camilannya juga wajib dicoba. Walaupun nama menu-nya sempet bikin mata bernanah (bahasa Belanda, coy) namun sesungguhnya penampakannya tidak seseram judulnya. 

Nih favorit keluarga eike: ada Gebakken Cassave (Kroket Ketela), Zoete Aardappelen (Ketela Potong Dadu Dilumuri Wijen dan Madu), Gegrilde Banana (Pisang Goreng Coklat Keju), Holand Aardapel (Kentang yang Disiram Saus). Bagi pemelihara Anaconda (alias aliran 'usus besar), makanan utama juga ada kok. Menu unggulan seperti Soup Iga Donker dan Iga Bakar Donker dijamin sanggup bikin lidah terpelintir nikmat. Aiiiisssh.

     
penampakan sang maskot


Outdoor table emang lebih asik view nya

 mari nge-teh



Venue di area Ndoro Donker


 
mau di dalam atau di luar, sama-sama eksotis

surga bagi penggila teh


             
Teh Hitam Donker, oleh-oleh untuk tetangga kanan-kiri, atas-bawah                                        


2. Kebun Teh Kemuning (Karanganyar-Jawa Tengah)


                   
Tuhan, kenapa mereka 4L4y?

Adik ipar begitu bahagia, dilepas ke habitat aslinya

Bumil dan Butil


3. Tawangmangu (Karanganyar, Jawa Tengah)
Di tempat ini, dikarenakan kami sudah memasuki usia kasepuhan alias uzur, maka diputuskan bahwa kami tidak masuk ke lokasi air terjun. Jalan menuju pemandian yang bikin ngos-ngosan memaksa kami cukup puas menikmati kios-kios di luar area. Ah..yang penting kan sepanjang perjalanan menuju Tawangmangu selalu melihat yang ijo-ijo! 
Kalo ga ada warna abu-abu burik, eike ga jadi beli
Ingin adopsi 'anak' lagi

"Topi yang anti santet, ada Bu?"

Miris juga bayangin kelinci digoreng idup-idup..hiiiii

Taraaa...., anak yang akhirnya kuadopsi. Cantiknyaaaaa

Sooooo...., ada yang berniat kasih kejutan aku lagi? 





05 Desember 2012

KANGEN LUPUS

Gara-gara bongkar lemari buku di rumah ortu, saya menemukan seonggok (tepatnya beberapa gelintir) koleksi LUPUS. Ibarat menemukan harta karun, spontan saya melonjak, menggelinjang, dan ngesot gila-gilaan. Padahal sih koleksi saya sendiri. Hihihi. Umur bukunya ada yang 20 tahunan. Menandakan bahwa sang empunya sudah bangkotan. Ihik-ihik...,jadi kangen ama LUPUS, sosok cowok gokil berjambul yang hobi mengulum permen karet.


Masa kecil hingga remaja, sebagai generasi 90 an, saya memang 'dibesarkan' oleh novel karya Hilman Hariwijaya. Tentu suatu berkah dan kebanggaan dong. LUPUS adalah salah satu cerita remaja yang legendaris, yang lahir di jaman belum marak  komputer, hape, apalagi BB dan Android. Produk bacaan dalam negeri yang masih dicari hingga kini sebagai aset koleksi. Saya tidak pernah merasa bosan walau membaca berulang kali. Cerita didalamnya merefleksikan kehidupan remaja, baik seputar persahabatan, cinta, keluarga, kreativitas dan peristiwa 'ngocol bin ajaib' lainnya. Credit point LUPUS adalah selalu ada pesan moral yang terselip di dalam cerita.

Semasa esde, saya malah membaca LUPUS  klasik' (LUPUS saat jadi siswa SMA Merah Putih).Padahal waktu itu sudah ada seri LUPUS Kecil. LUPUS  yang saya miliki pertama kali adalah "Bangun Dong Lupus". Kemudian dengan bersimpuh ria di kaki nyokap tiap beliau habis gajian (alias minta jatah preman), terkumpulah seri Lupus 'klasik' lainnya seperti Tangkaplah Daku Kau Kujitak, Cinta Olimpiade, Makhluk Manis Dalam Bis, Topi-Topi Centil, Sandal Jepit, Tragedi Sinemata, dan Idih Udah Gede.  

Koleksi saya saat itu pernah meningkat drastis karena strategi pemasaran yang tepat. Jadi saat mau merayakan ulang tahun saya yang ke 8, tiap teman, kerabat, maupun guru-guru yang saya undang, selalu saya recokin dengan bisikan lugu menderu, 'Kado nya Lupus aja ya!", sambil memberikan list judul Lupus yang belum saya miliki. Lumayan...., penghematan gila-gilaan. Lho, apanya yang salah? Bukankah kado akan lebih bermakna jika berguna bagi sang penerima?

Namun sekarang saya menyesal. Bukan menyesal karena Hilman sukses membuat saya jatuh cinta setengah mati sama LUPUS, tapi saya menyesal sekaligus sedih karena koleksi saya banyak yang hilang. Terutama seri 'klasik' nya (jujur, saya lebih suka LUPUS sesi I dibandingkan dengan seri LUPUS ABG, LUPUS  Kecil, maupun Lupus Milenia). Setelah dihitung, ternyata ada lebih dari 14 judul LUPUS  yang ngumpet entah kemana. Itu belum termasuk 9 judul yang luput dari kerlingan alias belum kebeli. Akhirnya, berjibakulah diri nan renta ini ke lapak-lapak alias toko buku. Huhuhu...ternyata susaaaah. LUPUS sudah jadi barang langka!







masih kurang 14 judul lagi, hiks


Sampai saat ini, walau belum lengkap 57 seri, satu persatu koleksi Lupus saya sudah mulai saya temukan, hasil berburu di kios buku second online. Sebenarnya ingin sekali hunting ke pasar loak di Solo atau Semarang, hanya waktunya saja yang belum ketemu. Biasa..., job aduk semen ama ngebor sumur makin deres aja, cyint!

Ini daftar judul Lupus yang masih dalam tahap investigasi full penetrasi. Kalau ada teman-teman yang memiliki dan berniat menjual kepada saya, mau bangeeet! Sukur-sukur gratis, gitu.


  • *      Boneka di Taman Sekolah
  • *      BeTe
  • *      Gone With The Gossip
  • *      Lupus ABG
  • *      Jadi Lupa Sama Yang lain
  • *      Bohong Itu Nyontek
  • *      Telepon Umum dan kecoak Nungging
  • *      Cemburu Berdarah Dingin
  • *      Guruku Manis Sekali
  • *      Kucing Asuh Bernama Mulan
  • *      Repot...Repot...Repot
 

Oh, selain LUPUS, saya juga suka ama karya Hilman lainnya, seperti OLGA, VANYA, Keluarga Hantu, The Wall, Mambo, Sexy Sixx, VLAD, dan beberapa serial lepas.  Tentu aja koleksi ini setali tiga uang sama LUPUS alias banyak yang ilang dan tak tahu jalan pulang...



hanya ini koleksi yang tersisa, pemirsa


Hiks...perjuangan masih panjang dan berliku, anakku. Semoga bisa lengkap semuanya. Amin..amin...

Oom Hilman.., we are proud of youuuuuu!











19 November 2012

Mules Bareng Mbah Tedjo

Rabu (14/11) kemarin untuk pertama kalinya dalam sejarah karir seorang artis papan selancar, aku mengikuti bedah buku 'Lupa Endonesa' (terbitan @bentangpustaka) di aula gedung C7, lantai III, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Acara yang merupakan salah satu agenda "Bulan Pahlawan Hima Sejarah UNNES 2012" ini konon menghadirkan penulis 'Lupa Endonesa' (ya iyalaaaah, masa tukang cendol?), yakni pria gaul, nyentrik sekaligus unyu; Sudjiwo Tedjo.

Tidak hanya mbah Tedjo, demikian budayawan dan seniman ini akrab disapa,  panitia juga mengundang sastrawan ngetop bin ngepop, Prie GS serta perwakilan 'tuan rumah',  Andy Suryadi (Ketua BEM FIS 2002/ Dosen Sejarah). Tiket masuk dipatok Rp. 35.000 (untuk mahasiswa) dan Rp. 40.000 (untuk umum). Entah mungkin karena keimutan dan keluguan sosokku (haiish), panita dengan mantap memberikan tiket yang harusnya diperuntukkan bagi adik-adik mahasiswa. Huyeaaa..ga sia-sia daku minum jamu Tolak Keriput tiap malam. Terimakasih Tong Peng!


penampakan sang tiket

Acara yang berlangsung selama kurang lebih 2 (dua) jam benar-benar di luar dugaan. Awalnya, aku udah skeptis, menganggap bedah buku adalah acara 'sastrawi' yang serius dan full konsentrasi untuk mencerna diksi-diksi tingkat tinggi. Ternyata saudara-saudara, bedah buku 'Lupa Endonesa' adalah ajang diskusi yang cenderung mirip..stand up comedy! Wuaaah..jauh dari kata boring, bikin ngakak guling-guling! (biar lebay asal santun).

Mbah Tedjo memang cerdas, nyeni, dan berkharakter. Apa yang keluar dari mulutnya, walaupun ngawur ngalor-ngidul, namun tetap bernas, cadas, dan lugas. Yang bikin takjub, beraneka sumpah serapah, makian, dan umpatan yang harusnya bikin telinga risih, kok terdengar wajar-wajar saja ya jika Mbah Tedjo yang melontarkan? Jangan-jangan dia sukses menyebarkan ilmu gendam gendeng ke semua audiens...

Di awal acara, mbah Tedjo mengaku tidak ingat isi buku 'Lupa Endonesa'. Ah..ciyuuus, mbah? Kan bukunya sendiri  baru dicetak bulan September kemarin?

Dengan lancar, mbah Tedjo menceritakan mengenai ketidakcocokannya terhadap lagu kebangsaan Indonesia Raya. Menurut pria yang tidak bisa lepas dari topi itu, lagu Indonesa Raya tidak pas penekanan suku katanya. Kata yang terdiri dari 4 (empat) suku kata, maka penekanan intonasinya ada di suku kata ke 3 (tiga). Contoh, kata In-do ne-sia, maka stressing-nya ada pada 'ne'. Namun dalam lagu Indonesia Raya, penekanan justru diberikan pada 'sia'. Sehingga tiap dilantunkan, bukannya khidmat dan semangat, lagu Indonesia Raya justru terdengar seperti orang yang sedang marah-marah atau malah putus asa.  "Lagu Indonesa Raya ibarat harapan, bukan simbolisme semata", tuturnya.

Hahaha..., dari penjelasan tadi, aku baru percaya kalau mbah Tedjo memang benar-benar lupa isi buku terbarunya! Lha wong memang ga bakal ketemu walau kita bolak-balik halaman demi halaman 'Lupa Endonesa'. Kritisi lagu Indonesia Raya kan adanya di buku 'Ngawur Karena Benar', buku yang dirilis mbah Tedjo pada bulan Maret 2012, bukan di buku 'Lupa Endonesa'! Andi Surjadi bahkan dengan terang-terangan men-smash bahwa apa yang di diutarakan mbah Tedjo hari ini, tidak ada dalam buku. Hohoho...mbah Tedjo pun hanya mesem-mesem. Oalah mbaaaah..mbaaah..., gemes aku!

Dua narasumber lainnya, Prie GS dan Andy juga ga kalah asik. Mereka menyuntikkan ilmu tanpa bikin pendengarnya ngelu. Sharing knowledge toh tidak selalu harus dibawakan dengan serius. Ah, coba dulu jaman kuliah semua dosen kaya begini yak? dijamin eike kagak lulus-lulus! :p




 Sang Presiden J#ncukers



  Prie GS yang ga kalah kocak

Sesuai janji panitia, acara bedah buku tersebut akan ditutup dengan booksigning pada buku-buku yang ditulis mbah Tedjo. Rata-rata peserta bedbuk sudah mempersiapkan koleksi mereka untuk ditandatangani penulisnya. Mayoritas sih buku 'Lupa Endonesa'. Namun tidak sedikit lho yang membawa minimal tiga buku karangan Sudjiwo Tedjo, semisal Ngawur Karena Benar, Jiwo J#ncuk, dll. Hohoho..itu yang namanya..niat!. 

Sayangnya, karena animo peserta yang terlalu bergairah dan menggelinjang parah (oouch), booksigning terpaksa dilakukan di ruang terpisah. Di akhir sesi, peserta diminta mengumpulkan buku-buku mereka untuk selanjutnya dibawa panitia ke ruang dosen (kaya ngumpulin skripsi aja!) yang terletak di lantai I. Mbah Tedjo nya sih sudah 'diamankan' di sana. Setelah itu, panitia akan membagikan buku-buku yang sudah bertandatangan ke pemiliknya. Sesi foto bersama yang awalnya diagendakan pun batal. Karuan aja banyak peserta kecewa dan spontan nyusul mbah Tedjo ke bawah agar bisa foto bareng. 
Aku sih ga terlalu desperate, yang penting buku yang kubawa bisa di-sign ama mbah Tedjo, itu sudah cukup melegakan. Sambil nunggu sertifikat dan buku dikembalikan, aku kembali ke habitat awal. Yup..narsis dan ngeksis. Thanks buat @YanuarYogha (mahasiswa UNDIP) yang berkenan menjadi partner dadakan dalam sesi jeprat-jepret busuk ini.  Ihiiiy...





ini sertifikatnya, pemirsaaaah


Karena kelamaan nunggu di atas, akhirnya aku ikut nyusul peserta lain ke lantai satu. Sampai di sana, terlihat beberapa tumpuk buku yang tergeletak pasrah di atas meja. Ternyata itu buku-buku yang udah ditandatangi mbah Tedjo. Untuuuung aja punyaku ga keselip. Harusnya panitia menyerahkan ke peserta, bukan ditaruh gitu aja. Huhuhu. Setelah cek ricek, bukuku yang berjumlah 3 biji (Lupa Endonesa, Jiwa J#ncuk, dan Ngawur Karena Benar) alhamdulillah masih lengkap. Mission accomplished!



salah satu amunisi yang udah ditandatangani penulisnya

Sambil nunggu jemputan, aku duduk di kursi lobi. Masih banyak rombongan peserta (rata-rata mahasiswa/ mahasiswi), dengan setia menunggu mbah Tedjo keluar ruangan. Wow, semangat mereka boleh juga. Salut deh! Jadi ingat masa lalu waktu jadi groupies hihihi. Jaman ababil dulu, aku hobi nungguin artis idola di lobi hotel, bahkan sampai berjam-jam hanya untuk sekedar  foto bareng atau minimal minta tanda tangan! Omaigooot...baru nyadar kalau dulu eike alayers yak? -__-

Lagi khusuk-khusuknya bengong melototin ulah lucu para peserta, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dari dalam. Jreng...jreng..ternyata mbah Tedjo keluar dari pertapaan dengan didampingi panitia berjaket kuning (almamater eike cint!). Peserta yang menunggu kembali heboh.

Tiba-tiba, seorang panitia menghampiriku yang sedang duduk seksieh dan dengan unyu berkata, "Maaf, Mbak...bisa pindah tempat? Kursi ini untuk Pak Sudjiwo Tedjo menyelesaikan book signing

Makdikibrit...ternyata aku duduk di kursi 'panas'. Hiks...malu, bhok! Dengan mesam-mesem legit ala Nunung OVJ, aku pun beringsut pindah diikuti tatapan melow para mahasiswa yang ada disitu. Tanpa diduga, mbah Tedjo nyeletuk, " Sini aja!", sambil mindahin tas simbah yang segedhe gaban. 

Huyeaaa...adik-adik semua, jangan salahkan kakak ya kalau kakak bisa foto ma desye tanpa perlu ngantri hihihi *ngikik licik*^^


wajah eike yang blesteran antara tengsin, kaget dan narsis



Sampai jumpa di acara-acara gokil berikutnyaaa..kiss..kiss :*:*

Nyempil bersama panitia acara (kan kita seumurun ihihik)