15 April 2013

"Melipir di Jadwal Cuti yang Segelintir" (Part III - Tamat)



Wedeeew…, masih nungguin kelanjutan cerita absurd ini, tho? Aiih..jadi terharu deh *lap ingus*. Baiklah, dengan tatapan mata sayu menghujam rindu, akan saya teruskan kisah kasih nan mengharu biru, yang konon menurut desas-desus dari penjual cireng, cerita ini akan segera di difilm kan  oleh produser papan atas dalam format 3D (dilihat, diraba, diremas..hush!)

  •   JOGER (Jl. Raya Kuta,  Bali)




Saat mobil memasuki pelataran JOGER, nyawa ini belum terakit optimal. Sembari ngucek-ucek mata terbangun dari tidur, saya baru nyadar, ternyata selama 1 jam perjalanan dari Ubud hingga Denpasar telah diwarnai persaingan rintihan dan dengkuran unyu yang maha ketat antara saya dan suami. Ealaah, penyakit pelor (nempel molor) kok masih kebawa aja walau sudah lintas provinsi?  

Aduh, semoga Mas Kadek ga sempat melihat pose ngowoh daku ya, Tuhan.  Bisa setep dia kalo ngeliat penampakan eike saat posisi horor seperti itu. Pasti terjadi pergolakan hebat hingga menimbulkan pertanyaan dihati dia, “ Kok ada ya kuda nil pake higheels??



Selama sejam ngubek-ubek JOGER, aura selebritis (alias napsu ngeksis) secara mistis dapat dikendalikan. Lagian mana sempat ber-photo session di lokasi yang dijejali histeria penggila belanja?  Meleng dikit, barang yang kita incer bisa kesamber. Apalagi kalo nekat motretin T-shirt yang didisplay (buat dipamerin ke FB atau di share ke twitter, pake ditambahin komen  alay,  “Aku di JOGER ni, qaqa’!” atau “Duuh…, udah nyampai JOGER aja nih!”), dijamin kena sambit rombongan Ibu-Ibu PKK yang lagi belanja di sono!


Jadi ingat, terakhir nglencer ke JOGER itu waktu jaman kuliah S1. Sudah bertahun-tahun yang lalu, pemirsa. Ga heran kalo sedikit ketinggalan peradaban begitu memasuki area JOGER. Kwaaak, baru tahu, modal dan size t-shirt di JOGER yang sekarang  jauh lebih komplet ya (nganga norak). Dulu tiap mau beli cuma bisa manyun karena kepentok ukuran yang kegedean. Nowadays, udah ada ukuran XS (cucok buat bodi eike yang semungil kutil) dengan pilihan warna variatif. Mulai dari abu-abu busik hingga item daki (hueek)...ada, cynt!


 

Kwaaaak..., nemu foto pas study tour ke Bali, tujuh tahun silam. Ini di depan penginapan waktu mau berangkat ke JOGER. Haduuuh..., pantat eike!!



However , sekedar opini pribadi, ada sedikit kekurangan dari segi lay out dan display di JOGER.  Menurut saya sih lebih rapian yang dulu. Walau space yang sekarang jauuuh lebih besar, tapi penataannya kurang nyaman dilihat. Terkesan berantakan. Padahal dengan harga premium (iye, pan solar lagi langka), item yang dijual seharusnya bisa di 'set' lebih eye cathing dan memudahkan pembeli.





  • KRISNA ART - OLEH-OLEH KHAS BALI (Sunset Road, Kuta, Bali)
Karena tidak semua titipan oleh-oleh sukses ditemukan di JOGER, kami memutuskan untuk hunting ke Krisna Art, yang letaknya cukup dekat. Sekitar lima menit dari JOGER jika naik kendaraan (kalo mau ngesot  sambil pasang sikap lilin kayaknya butuh waktu lebih lama). 





Outlet Krisna Art  saat ini sudah tersebar di empat titik yakni di: Jl. Nusa Indah No.77 dan Jl. Nusa Kambangan 160A, keduanya di Denpasar; Jl. Sunset Road No.99 di Kuta dan di Jl. Raya Tuban,  dekat dengan  Ngurah Rai Airport. 

Dari keempat toko tersebut, space yang paling besar dan luas adalah yang di Sunset Road, Kuta. Bayangin aja, dibangun  di atas lahan seluas 14.000 meter persegi.Ga heran kalo Krisna Art diklaim sebagai pusat oleh-oleh terbesar di pulau dewata.

Di sini, pengunjung dimudahkan dengan  konsep One Stop Shopping. Sekali masuk ke lokasi, bisa dapat semua yang dibutuhkan. Mulai dari  makanan khas Bali seperti kacang Bali, kacang matahari, aneka kue, t-shirt (dari yang low price hingga yang premium), sarung Bali, sandal,  pernak-pernik, lukisan, perak, patung, serta berbagai suvenir khas Bali. Kalau mendadak laper, bisa langsung nyusruk ke food court yang terdapat di area Krisna Art. Harganya pun damai, tentram, sentosa alias cukup terjangkau, terutama bagi kantong eike yang awet langsing ini. Belanja di Krisna Art memang bikin betah. Udah ruangannya nyaman, full AC,  juga dilengkapi ruang tunggu yang cozy dan parking lot yang luas.


area parkirnya luas





 




Well, untuk destinasi wisata yang selanjutnya, yakni Garuda Wisnu Kencana dan Pantai Dreamland, deskripsi dari saya akan jauuh lebih singkat. Narasi akan saya sajikan dalam wujud visual alias foto-foto aja ya, Sob. Bukan apa-apa, saya yakin, mayoritas pasti sudah pernah kesana. Bahkan banyak yang lebih dari sekali (terutama bagi yang punya side job calo parkir dan ojek payung). Yuuuk..tareeek!


  • GARUDA WISNU KENCANA (GWK Cultural Park)
Walaupun sempat diguyur hujan deras, namun  konsistensi pasangan labil untuk menelanjangi pesona Garuda Wisnu Kencana tetap tidak terlindas, menggelora tanpa batas. Sempet sebel juga sama suami gara-gara ngeyel ga mau bawa payung yang disediakan Furama Villa. Padahal feeling ogut udah so good, yakin bakalan ujan. Uugh..bener kan. Untung setengah jam bisa reda. Dan, guys, selama hujan, kami berdua nglesot di emperan toko. Jiaaah..., jadi inget lagu paporit eike yang dinyanyiin Bang Rhoma Irama. Itu lho..Gelantungan..eh Gelandangan....

(Pesan Pemerintah : Hujan/ tidak Hujan...sedialah payung agar agenda narsis Anda tidak terganggu! )


Awalnya sih masih gerimis kecil-kecil, masih PD buat nyempil. Tapi lama-lama kok deres? Whoaa...kabuuur!!

Setelah ngejogrok sambil numpang berteduh di teras toko souvenir (diiringi isak tangis dan rintihan.."Pak.., kami lapar..tolong kami, Pak.."), kami akhirnya beranjak menuju venue Amphitheater Cultural Park untuk menikmati pertunjukkan tari Kecak yang dipersembahkan khusus untuk pengunjung GWK. Tiketnya? For free, sob! Show nya keren. Walau diselingi gerimis, para penari dan penabuh gamelan tetap kompak dan semangat. Cucok markicok.





Hayooo, udah waxing belum, mbak?



 Jegeg ya cyint!

Mimpi apa daku, tiba-tiba disamperin doi dan diajak salaman. Sumpaaah...sebenernya eike takut!



Detik-detik doi nyamperin eike dengan sepenuh cintah. Whoaaa...Pak, kenapa sayah siih???




Syukurlah, tepat selama 30 menit pertunjukan Tari Kecak berlangsung, cuaca mulai cerah dan ramah menjamah. Kami pun beringsut ria dari tempat duduk untuk melanjutkan misi jalan-jalan yang tertunda. Saatnya menjelajah...!

 
biar lantai lichyin, asal tetep matching



Lotus Pond, venue favoritku selain Amphitheater Cultural Park  (Etdah, pasangan dibelakang bikin sayah irih) 



Tiba-tiba nemu foto jadul again, waktu study tour ke GWK tujuh tahun lampau. Miss u, guys!! Hidup Sastra Inggris UNNES 2001!




Susah banget bikin bapak ini mau dipotret



Penampakan ogut mendadak blur, kebanting ma patungnya


Ooo..ternyata setelah bertahun-tahun ga nyambangin GWK, ada perubahan yang cukup mendasar, fundamental, dan krusial (cieee..kaya ngumumin kenaikan harga bawang putih aja). Sebut aja rute yang dilewati, (lebih panjang tapi sebanding sama view-nya yang nice), juga progress patung Dewa Wisnu (hasil pahatan I Nyoman Nuarta). Pendeknya, GWK emang makin tjakep!













Momen berkesan selama di GWK adalah...pertemuan tak terduga dengan salah satu eks senior eike di kantor yang sudah empat tahun lamanya tak bersua. Namanya mba Frida Nurina. Doi sekarang ini dinas di Kemendagri Jakarta. Sayang banget kami kelupaan foto-foto saking excited-nya ber-reuni dadakan. Berasa jadi artis "Putri Yang Ditukar". Hihihi. Sukses ya mba Frida, jangan lupakan adikmu yang keceh ini...


  • DREAMLAND BEACH (Pecatu, Bali)
Menjelang maghrib, duo penganten baru yang telah memasuki masa expired ini telah mendarat bersahaja di tepi pantai Dreamland. Eh..awalnya belum berani ke tepi, ding. Ujan deres lagi-lagi bikin mules. Haduuuh..kenapa Bali lagi galau gitu yak, kadang  diwarnai gerimis, kadang airnya berasa ditumpahin dari ember raksasa (kaya yang ada di waterboom itu), kadang hujan tiba-tiba ber-stop motion dan langit mendadak cerah.  Cuaca benar-benar ga konsisten. Beda ama hati aku yang selalu fokus dan konsisten mikirin kamu. Eaaaaa...

Walhasil (lagi-lagi) kami harus pasrah berteduh barang sejenak dua jenak di depan sebuah rumah makan yang tumben-tumbenan udah tutup. Ternyata beberapa hari sebelumnya, terjadi sedikit 'accident',  angin kencang. Kabarnya sih beberapa dagangan di kios-kios pinggir pantai banyak yang beterbangan. Untuk mengantisipasi keadaan sambil menunggu cuaca kembali normal, banyak pedagang yang terpaksa libur berjualan untuk sementara. 

Jreng...jreeeeng...setelah 10 menit berselang, situasi mulai kondusif. Sebagai pemegang mahkota Miss Beach di tahun 50 an, saya tak menyia-nyiakan momen berharga untuk segera nyusruk ke hamparan pasir di bibir pantai Dreamland. Here we gooo...



Suasana pantai yang sepi, area Pecatu serasa milik pribadi (Ehem..Mas Tommi Suharto, aku padamu)

Nominator Piala Oscar di pilem "Titisan Susanna Sumanto"



Sebenarnya fokus kamera sih ke gerombolan cewek-cewek di belakang sono


Menjelang senja


Ini foto favorit laki aye..

Tepat pukul 19.00 WITA, dengan kondisi fisik yang mirip tikus got gara-gara basah-basahan (sampe tumpeh -tumpeh) , dengan insyaf, kami akhirnya kembali ke pangkuan mas Kadek. Seandainya ngga liat jam nih, dijamin ga nyadar kalau udah malam. Ya siapa suruh, jam segitu langit masih lumayan terang?

Agenda terakhir sebelum kembali ke penginapan adalah santap musang eh santap malam di resto "Bebek Bengil Dirty Duck Dinner", yang berlokasi di Jalan Hanoman, Padang Tegal, Ubud, Bali. Sampai di lokasi sudah hampir jam sembilan malam dan hampir tiap meja sudah terisi. Uuugh...lagi-lagi wisatawan mancanegara terlihat di tiap sudut. Tauuu aja kalo nusantara kita yang tercinta ini gudangnya wisata kuliner....


Cie...ciee...tahun kelahiran Bebek Bengil samaan ma eike..*siul-siul*

Ta..tap..tapi..., Ya angpaoooo, dengan celana dan baju yang basah, bau, plus kotor, apakah kami sampai hati dan punya nyali untuk masuk ke tempat makan yang happening semacam ini?  Ooooh.. tidak ada kata MALU kalau sudah berurusan dengan perut. Hajaaar!!



Pemirsa, Tom Yam seafoodnya ajib. Jatah suami pun ludes eike embat




Aneka sambel sebagai teman sang bebek 



Bebek Bengil. Bebek "kotor" yang renyah dan nikmat




Setelah membuat kehebohan karena ga bisa dibedain antara makan dengan kesurupan, kami siap-siap cabut meninggalkan restoran. Rasanya pengen buru-buru temu kangen sama kasur. Apalagi besok paginya kami check out jam 4 pagi lantaran dapat penerbangan pukul 06.00 WITA. Huaaa...kebayang betapa singkatnya jam tidur kami nanti!

Yuuuk aah...dagh-dagh bye-bye semuaaaa....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar