Tiap paragraf yang mengkomposisikan cerita dibawah ini diambil dari postingan status Facebook Andiena Shanty milikku yang aku update mulai Jumat (4/5) hingga Minggu (6/5). Tidak ada pretensi apapun selain ingin berbagi energi dengan orang-orang yg memang menghargai arti perjuangan. Kalo ada yang menganggap hanya cerita basi ataupun malah jadi sumber inspirasi...., sekali lagi hanya pembaca yang bisa mengapresiasi dengan lugas dan bebas. Selamat membaca....
Sungguh sensasi yang sulit dieja jika kita bisa membuat orang yg awalnya memandang sebelah mata akhirnya jadi melotot dan ternganga tak percaya. Salah satunya adalah kejadian tgl 31 Desember 2008. Alhamdulillah...(lamunan sendu diatas kasur biru) (Jumat, 4/5)
Pagi itu di awal Desember 2008, dgn perasaan masgul kuberikan surat permohonan pengunduran diri ke HRD. Saat surat kuserahkan ke Kabag HRD, dgn kasar beliau mengambil suratku dan meletakkan begitu saja tnp membaca terlebih dahulu."Kamu ga perlu bikin surat. Akhir Desember kontrakmu tidak diperpanjang. Jelas?!!Ga perlu pake surat2 kaya begini!", hardiknya keras. Sungguh sakit&hancur perasaanku saat itu...(Jumat, 4/5)
Menyerah dan pasrah untunglah bukan doktrin yg kuanut. Ditengah cibiran sebagian rekan2 kerjaku krn ulahku yg 'sok2' an ikut tes seleksi pegawai negeri selama berhari2 (krn tes nya tdk hanya sekali), ejekan krn aku bukan anak orang berada shg mustahil bs lolos tanpa 'pelicin' maupun 'koneksi-, sindiran krn aku ibarat mimpi di siang bolong krn ikut tes hanya modal buku latihan soal yg dijual di Gramedia..., aku mencoba mengikuti tes seleksi karyawan yg diadakan Hotel Ibis Semarang. Aku masih punya 25 hari utk berjuang sblm benar2 jd pengangguran...(Jumat, 4/5)
Kebaikan orang2 yg "melindungi"ku saat aku nekat mengikuti tes selama berhari2 scr diam2 memang layak kuapresiasi. Namun sepandai2nya kita menutupi, akhirnya tercium jg. Teman yg kuanggap sahabat krn didepanku ia selalu memberikan support justru tega melaporkannya pd HRD hingga berujung ke sanksi pemutusan kontrak. Entah berapa kali aku menangis dalam sehari krn kejadian itu....(Jumat, 4/5)
Saat itu, Ibis membuka lowongan untuk mengisi kekosongan staf. Posisi yg kulamar adalah sbg staf FO. Tahapan demi tahapan kulalui. Beruntung krn tes dilakukan sore hari sepulang aku bekerja shg tidak mengganggu rutinitas sehari-hari. Lagi2 support ortu, sahabatku (seorang pria), dan ka divisi bnr2 melecut semangatku. Yg penting, disaat kontrakku berakhir di akhir Desember nanti, aku tidak menganggur. Sampailah aku pada tes terakhir yakni interview dgn GM hotel tsb yg ternyata seorang bule tulen....(Jumat, 4/5)
Sebelum ceritaku berlanjut, td ada inbox2 yg menanyakan sebenarnya aku ikut tes CPNS apa tes hotel Ibis? Jd begini teman2. Aku mengikuti selesi tes CPNS bulan November 2008 (slm 4 hari, 7 tahapan). Pihak HRD mengultimatum bahwa kontrakku akan diputus per tgl 31 Des 2008. Krn pesimis lolos di tes CPNS yg diumumkan jg pada tgl 31 Der 2008, aku jg mengikuti tes di Ibis hingga pertengahan Des 2008. Jd ini istilahnya gambling dan kuat2an adu nasib. Gt ya, dear...
Info dari HRD, aku diminta menunggu 2-3 hari lagi untuk memastikan apakah aku diterima atau tidak. Saat itu perasaanku antara yakin tidak yakin. Yakinnya, ada hawa 'sejuk' melihat perubahan sikap Mr. D saat interview season. Tidak yakinnya...tentu saja jika melihat pesaing2ku yg lain. Apalagi hotel tersebut hanya membuka kesempatan untuk 1 orang kandidat staf FO. (Jumat, 4/5)
Saat kuceritakan hal ini pada ka divisiku di kantor, Pak Jack, ia justru menanggapi dengan berbeda. Ia berharap aku diterima menjadi CPNS, bukan di Ibis Hotel. Ia mengaku sedih dan prihatin dengan nasibku yg harus 'diputus kontrak' per 31 Des 2008 krn bocornya informasi bahwa aku pernah mengikuti tes CPNS tanpa ijin. Pak Jack merasa tidak bs melindungi anak buahnya. Mataku kembali basah saat itu. Menurutku, justru Pak Jack banyak berkorban untuk aku. Selama aku tes, ia lah yang bolak-balik mengatur 'strategi' agar kantor tidak curiga. Ia pulalah yang harus menelan fitnah orang-orang yang mengatakan bahwa pak Jack diam-diam menyukaiku krn sikapnya yang sering membela kepentinganku. Namun disaat aku berada di kota lain untuk mengikuti tes tsb, Pak Jack selalu mengatakan padaku bahwa situasi kantor kondusif dan aman2 saja. Padahal aku yakin, disana ia pasti serba salah dan merasa sangat tidak nyaman. Yang membuatku semakin terharu, ia jg sempat menceritakan masalahku kpd sang istri tercinta. Istrinya pun menitipkan doa agar aku bs mendapatkan yang lebih baik daripada pekerjaan yg sebelumnya...(Jumat, 4/5)
"GM tersebut bernama Mr.D. Tinggi, lumayan gagah, tapi agak pelit senyum shg terkesan dingin. Sblm masuk ke ruangan beliau, aku smpt berpikir, kl Mr.D pria normal dia pasti lbh memilih kandidat lain yg tinggi semampai, cantik,dan seksi. Image yg pas utk perusahaan yg bergerak di sektor hospitality. Bukan aku gadis mungil yg semeter kotor begini. Huuuf. Selama 20 menit aku berjibaku dgn rentetan pertanyaan Mr.D yg aksen Inggrisnya sering susah diterima oleh telingaku yg ala kadarnya ini. Sampai 2X aku hrs mengulang 'I beg your pardon' agar ia mengulang kalimatnya. Sampai tibalah ia menanyakan pertanyaan pamungkas yg artinya kira2 begini, "Menurutmu, jk kamu diterima bekerja disini, untuk 5 tahun kedepan kamu akan jd seperti apa?". Dengan spontan (krn pikiranku sudah buntu dan perut sdh kaku) aku menjawab, "I'll replace your position!". Ajibnya, ia kemudian tersenyum sangat manis, manggut-manggut, dan mengucapkan terimakasih. Mr.D bahkan membukakan pintu serta mengantarkan aku sampai ke lobi. Pertanda baikkah ini?? (Jumat, 4/5)
Tanggal 22 Desember aku dipanggil HRD hotel tersebut. Nama sekretarisnya aku masih ingat, Miss Nessa, wanita berparas manis yg usianya mungkin beberapa thn dibawahku. Dengan sumringah ia menginformasikan kl aku diterima dan bs segera medical check disebuah laboratorium rujukan hotel tsb. Alhamdulillah, hatiku lega. Minimal di awal Januari 2009, aku tidak menganggur. Saat menyerahkan surat pengantar utk kubawa ke lab, Miss Nessa tiba-tiba bertanya, "Mba Andien, sbnrnya apa jawaban mb Andien pada Mr. D di akhir wawancara". Sebelum kujawab, Nessa bercerita bhw Mr. D terkesan pada kharakter ku yg tercermin pd jawabanku di poin terakhir. Masih cerita Nessa, kabarnya Mr. D berkata kl aku tipikal wanita ambisius yg periang dan tangguh. Nessa mengulang pertanyaannya mengenai apa jawabanku yg berhasil meng-KO Mr.D. Sambil berbisik, kuceritakan kalimat yg kulontarkan ke sang GM. Kontan Nessa terpingkal-pingkal dan tidak menyangka bahwa jawabanku hanya cekak aos tidak rumit seperti bayangannya. Well, terkadang yg spontan itu adalah transformasi dari kejujuran. Dan satu hal yg pasti, Mr D ternyata tidak normal! Hehehe...(Jumat, 4/5)
Tanggal 30 Desember 2008, hatiku smkn deg-deg an. Mengingat pengumuman hasil tes CPNS akan dipublikasikan via media cetak dan online keesokan harinya. Namun kembali aku menghibur diri, toh kl aku tdk lolos, aku masih bs bekerja di Ibis. Kembali kuingat tlp dari Nessa, bhw aku bs mulai bekerja setelah tahun baru. Saat kutawar tanggal 4 Januari (tepat di hari ulang tahunku), ia pun setuju. Subhanallah. Sungguh lunak manajemen mereka. Rekan2 sekantorku, kecuali pak Jack, memang blm tahu soal diterimanya aku di Ibis. Dalam lamunanku pasca shalat Dhuha di ruang kecil yg difungsikan sbg mushola oleh para karyawati, sesosok Bu Ani (atasan Pak Jack) tiba2 masuk dan duduk tepat di sebelahku. Dengan senyum keibuan, ia mengelus pundakku. Setengah mati aku berusaha menahan emosi dan air mata. Aku paling benci dikasihani. Tapi aku tdk pny pilihan selain menerima dukungan moral darinya. Ia berujar pelan, "Saya dulu yg menyeleksi km utk diterima bekerja disini. Saya tau km pny banyak potensi. Tapi mau gimana lg. Apa yg kita miliki blm tentu sesuai dgn kehendak pimpinan. Keputusannya adalah peraturan. Semoga km bs mendapatkan pekerjaan yg lebih layak drpd disini. Sukses ya, Andien. Maafkan saya yg ga bs berbuat apa-apa...". Aku duduk mematung, tanpa sanggup berucap apapun....(Sabtu, 5/5)
Inbox yang masuk kebanyakan beropini bahwa sepertinya aku betah dan kerasan bekerja di perusahaan tersebut sehingga terlihat aku begitu berat meninggalkannya. "Apakah disana gajinya besar mbak Andien ?". He..he..he, kalo bertanya gaji, aku no comment ya dear. Dalam lingkungan kerja, bagiku yg penting nyaman. Besar kecilnya gaji kan relatif. Menanggapi komentar yang mengira aku sepertinya berat meninggalkan perusahaan yang sdh mempekerjakan aku slm 6 bulan, jujur, bkn itu sebenarnya yg aku rasakan. Aku hanya sedih menyandang gelar 'karyawati PHK'. , dari tempat kerja manapun. Beda dengan teman2ku yang resign krn pengunduran diri, status PHK sepertinya kurang civilized. Merasa tidak berguna, dicampakkan, dan terus2 menerus dikasihani. I do hate those feeling!
Tahun 2008 adalah tahun terberat bagiku, terutama dari sisi tekanan psikologis. Tahun2 sblmnya adalah masa keemasanku. Begitu banyak kemudahan yg diberikan Tuhan kepadaku. Sebelum lulus kuliah, aku sdh diterima bekerja di sebuah hotel bintang 4 di Semarang dgn gaji pertama setara PNS gol IIIA masa kerja O thn, kemudian aku lompat ke sebuah bank ternama setelah 6 bulan bkrja di hotel. Begitu mudah aku mendapat pekerjaan dan berpindah2 sesuka hatiku. Aku heran, knp aku sangat menyukai kompetisi. Bersaing dng ratusan pelamar membuatku ketagihan. Setelah 2 thn berkutat di bank, aku mengalami titik kulminasi. Masalah demi masalah timbul akibat kekhilafanku.Aku pun resmi mengundurkan diri dan akhirnya bekerja di perusahaan yg aku ceritakan ini. Hingga puncaknya aku menerima ultimatum bhw kontrak kerjaku tidak akan diperpanjang. Di hari2 terakhirku bekerja disana, aku mendambakan kelak bs bekerja di perusahaan atau instansi yg tidak memakai sistem kontrak. Perusahaan yg memberikan jaminan masa depan dan jenjang karir yg jelas. Aku begitu trauma melihat draft perpanjangan kontrak. Timbul harapanku, semoga di thn 2009 saat aku bekerja di Ibis, aku bs menjadi karyawan tetap, bkn kontrak ataupun outsourcing...(Sabtu, 5/5)
Hari itu datang jg. Tanggal 31 Desember 2008 merupakan hari yg dinanti oleh ribuan orang, termasuk aku, yg telah mengadu peruntungan di sebuah dimensi bernama tes CPNS. Pengumumannya serempak. Seolah aku merasakan hantaman godam berjamaah krn detak jantung ribuan org tersebut. Dikantorku, aku bergeming, menanti saat yg tepat untuk meminjam komputer di ruangan divisi lain yg memang difasilitasi koneksi internet. Sesaat aku dihebohkan dgn kegaduhan kecil rekan2 kerjaku yg berjalan tergesa kesana kemari. Ada yg berebut surat kabar dan beberapa memilih mengerumuni layar komputer. Diliputi penasaran, aku berbaur dgn mereka. Aku tercekat, ternyata rekan2ku sdg melihat hasil pengumuman tes CPNS. Pandangan mereka terlihat antusias menelisik nama demi nama. Rupanya, lebih dari 8 org yg ada diruangan itu jg melakukan hal yg sama dgnku, menjajal peruntungan pd tujuan serupa. Bukankah selama ini mereka mengatakan tdk mengikuti tes tsb? Bukankah HRD mengklaim akulah satu2nya karyawati baru yg tidak menunjukkan loyalitas pd perusahaan krn nekat mengkuti tes tsb? Tapi ternyata....?Aku tersenyum getir. Bukan salah siapa2. Aku ingat kl tes CPNS serempak diadakan hari Minggu, jd pantas saja kl aman2 saja. Tapi tes CPNS yg kuikuti memang lain. Selain hari Minggu, bagi yg lolos akan melanjutkan tahapan berikutnya yakni uji kompetensi&interview slm 3 hari. Dalam helaan nafas, apapun alasannya, nasib tak layak dipersalahkan...(Minggu, 6/5)
Entah sudah berapa kali aku ketik alamat official website sebuah pemerintah daerah setingkat kabupaten, namun lagi-lagi pengumuman yg kunantikan sulit kuakses. Sementara utk mengecek via surat kabar pun setali tiga uang. Di Semarang tentu saja jarang ada org yg berlangganan harian Solopos. Perutku kian teraduk-aduk krn ketegangan luar biasa. Tiba-tiba ponselku berdering, terlihat satu nama dilayar. Axel, nama teman baruku, peserta tes CPNS di lokasi yg kuikuti. Dengan gugup kuangkat. Axel mengabarkan kl ia lolos, baru saja ia menemukan namanya tertera di halaman tengah surat kabar. "Selamat ya. Kamu hebat!", ucapku tulus. Responnya sungguh diluar dugaan. "Ndien, kl aku keterima itu wajar, krn org tuaku sdh habis2an. Channelku jg bukan org sembarangan. Kl kamu keterima, itu baru hebat. Murni usahamu sendiri. Gimana, km lolos ga?". Kujawab pelan, "Aku ga keterima, mas". Axel diam sesaat. "Sabar ya Ndien..." Tiba2 tlp kututup begitu saja dan kutekan 'off' tanpa sebab. Aku benar2 putus asa dan pesimis diterima. Menyesal aku td terburu2 mengatakan aku gagal pdhl pengumuman itu sendiri blm bs kuakses. Dengan terbata kembali kubuka web yg alamatnya kuhapal diluar kepala. Ternyata bs! Semakin gugup kutelusuri nama demi nama disana. Posisi yg kulamar masuk kategori teknis. Jumlah yg diterima hanya 2 orang. Kerongkonganku tercekat saat aku sampai pd poin yg kumaksud. Tuhan...nyatakah ini? Euforia yg meletup2 didadaku seolah ada yg menghimpit hingga aku hanya mampu mendesis perlahan..."Mamah...,aku ketrima"...(Minggu, 6/5)
yang tercecer:
Jujur, menjadi seorang PNS bukanlah impianku sedari dulu. Kalo boleh memilih, aku ingin menjadi pegawai Bank Indonesia ataupun Pertamina (hihihi..!). Namun saat takdir seolah tercetak buram dan siap menjemput masa depanku dalam hitungan hari tanpa kutahu mana yg pasti , aku tidak punya pilihan selain meretas garis nasibku sendiri. Pekerjaan yang menggugah rasa penasaranku karena image nya, seperti Public Relation, pegawai bank pemerintah, sampai sekretaris sudah pernah aku 'rasakan'. Hingga akhirnya karena kekhilafanku, Tuhan memberikan cobaan yang jika kuambil hikmahnya adalah agar aku selalu bersyukur dalam keadaan apapun. Untukku, momen diatas adalah kondisi luar biasa yang menguras hati dan mencabik emosi. Menjadi seorang pegawai negeri mungkin bukan kebanggaan orang-orang krn kurang bergelimang materi. Tapi inilah hadiah TERINDAH dari-Nya untuk seorang karyawati yang nyaris jd pengangguran krn di-PHK seperti aku. Suatu titik balik dan lahirnya energi baru yg tidak akan kulupakan sepanjang sisa umurku. Alhamdulillah ya Rabb...
(di Hari Minggu, disela-sela jeda acara televisi favoritku)
hmmmmmm kapan yah aku bisa ky cerita ini???jatuh bangun booooo ampon Dije,,masa2 kejenuhan saat ini seperti kondisi di paragraph 3 :D
BalasHapusParagraf tiga yang mana say? hihihihi..penulisnya bingung ndiri malah. Ayoooo ceritain donk say. Buat renungan bersama. ya..ya..yaa
BalasHapus