22 Mei 2012

Dibalik Selasa...

Selasa ini begitu misterius. Banyak letupan kejutan yang membuatku terpelanting dalam sebuah ceruk berukir hikmah. Selasa seolah  ingin menunjukkan bahwa ia tak layak dibenci dan panen antipati seperti hari Senin. Disisi lain, ia juga tak ingin terlalu dipuja dan banjir euforia (terutama oleh mereka yang resmi resign dari PJN/Paguyuban Jomblo Nelangsa)  seperti hari Sabtu maupun Minggu.  Secara leksikal bisa jadi Selasa dimaknai sebagai hari yang tepat untuk mawas diri serta introspeksi.  Seperti yang sudah aku kutip dari majalah Paras (lupa edisi berapa) mengenai hikmah dibalik hari Selasa. " Hari Selasa, disebut Rasulullah Saw. sebagai hari darah sebab di hari itu Siti Hawa haid dan anak Adam (Habil) dibunuh saudaranya. Beberapa ulama mengatakan bahwa di hari Selasa, tujuh jiwa telah dibunuh: Jirjis As, Nabi Yahya As, Nabi Zakariya As, tukang sihir Fir'aun, Asiyah binti Muzachim (istri Fir'aun), orang yang mempunyai sapi dari bani Israel, dan Habil, putra Nabi Adam As."


Kebahagiaan perdana yang dilontarkan Selasa adalah keserasian penampilan teman-teman kantor yang mengenakan seragam baru. Baik karyawan pria maupun wanita  terlihat chic mengenakan seragam baru dengan paduan warna merah bata dan orange pada blazer dan kemeja. Entah ada perasaan lega saat mendengar banyak respon positif rekan-rekan dari divisi lainnya terhadap new look mereka (mau menyebut 'kami' kok sepertinya masih malu-malu tomcat). Ihiiiy...berarti jerih payah "tim hunter" yang jumpalitan ngubek-ubek PGS, BTC, dan toko kain seantero Solo, ga sia-sia donk! Guys, you make my day! Semoga anggaran dinas segera keluar sehingga ada dana untuk membuat seragam dengan warna dan model lainnya. Amin... (doa pegawai teraniaya).

Manisnya Selasa masih tereguk nikmat saat bendahara kantor tiba-tiba menyodorkan beberapa lembar kertas untuk kutandatangani. Dengan menatap sinis pada tulisan yang terketik rapi (takut disuruh nglunasin hutang) aku mengeja perlahan. "Insentif..pegawai...bulan Mei ...2012". Sedetik kemudian, dadaku bergolak, mengembang dan mengempis secara otomatis bak bidadari kena sinusitis. Tanpa tedeng aling-aling, space kosong yang terletak dibawah namaku langsung kutandatangani dengan bolpen termahal (hadiah beli ciki 2000 perak!) yang sudah berstandar SNI plus lolos sertifikasi ISO:2001. Entah kenapa saat itu aku merasa wajah bendaharaku terlihat begitu cerah, bersinar serta memendarkan kecantikan setara Olga Syahputra. Ah..sungguh memukau...

Selasa juga sempat menyandera spontanitas empatiku secara tiba-tiba hingga dalam sekian detik sulit kuputuskan apakah aku harus lega, kecewa, berduka, atau malah bahagia. Siang tadi aku dikejutkan oleh kehadiran seseorang dikantor. Ia memang sengaja ingin bertemu denganku sehingga rela menunggu diuar ruangan. Sesosok wanita manis berambut panjang dan  berbalut T-shirt berwarna kuning cerah dengan logo merk minuman kesehatan dibordir di bagian dada sebelah kanan. Dari penampilannya yang eye catching dan membawa beberapa produk minuman dalam goodie bag, aku dengan cepat mengetahui profesinya sebagai SPG. Namun kenapa ia mencariku? Kenapa tidak menawarkan produknya pada rekan-rekan yang lain?   Hampir beberapa menit aku mencoba mempertajam memoriku tentangnya. Namun sulit kutemukan identitasnya dalam celah sel otakku yang sepertinya memang perlu di up-grade. "Mbak Andien lupa ya sama saya?", ucapnya berbalut kecewa. Aku tersenyum kikuk, menyerah. Dengan mengemas senyuman dan menghela nafas, ia akhirnya berujar, "Aku Desti, mbak. Dulu pernah kerja disini." Seberkas sinar benderang seolah menembus dan melubangi dimensi ingatanku. "Destiiii!!!" jeritku histeris. Kami pun berpelukan dan bergegas mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol.

Desti adalah teman baik yang kutemukan secara tidak sengaja. Kami memang satu kantor, namun beda divisi. Ia salah satu pelanggan lulur daganganku yang loyal. Dulu, Desti bekerja di divisi pengamanan. Sehari-hari dia nampak gagah berbalut seragam semi militer dengan rambut berpotongan pendek ala polisi wanita. Namun nasibnya mungkin kurang mujur. Status Desti sebagai pegawai kontrak menempatkannya pada posisi sulit. Singkatnya, ia kena PHK pada awal Januari lalu. Desti yang biasa kusapa saat aku melewati posko tempat ia bertugas ialah sosok wanita tegas dan tomboy. Penampilannya sepintas mirip laki-laki. Sungguh berbeda dengan apa yang ada  dihadapanku siang ini. Kupandangi lekat-lekat hingga membuatnya jengah. "Kamu pinter dandan ya sekarang", pujiku tulus. Desti hanya terbahak. Dari bibir yang dipulas lipstick warna orange muda, sebuah kisah bergulir. Pasca kontraknya resmi tidak diperpanjang, ia memutuskan kembali ke daerah asal, sebuah kabupaten di Jawa Timur. Baru beberapa minggu disana, ia tidak betah menganggur.  Desti lalu mencoba bergabung dengan salah satu agency di kota Solo dan akhirnya dikontrak sebagai  SPG untuk event-event tertentu. Banyak produk yang sudah ia pasarkan, mulai dari rokok, minuman energi, kopi, hingga makanan kecil. Desti mengaku sangat menikmati pekerjaan barunya ini. Terutama dari segi finansial. Selama ini dia sering stay di Solo karena memang agency nya berada disana. Aku turut bahagia sekaligus haru mendengar penuturannya. Saat kutanyakan apakah suaminya yang anggota kepolisian itu tidak keberatan sering ditinggal sang istri, Desti menanggapi santai, "Aku udah pisah mbak sama suamiku. Proses bercerai". Sontak aku terbelalak kaget. "Ber..ce..rai", ucapku terbata. Desti hanya mengangguk dan berusaha menghindari tatapanku. Aku tahu, usia pernikahan Desti hampir sama dengan usia pernikahanku, belum ada 1,5 tahun. Tanpa capek-capek bekerja pun, Desti sudah bisa hidup layak dengan penghasilan sang suami. Perlahan, Desti mengisahkan bahwa dia sudah lelah dengan masalah yang mencabik-cabik perasaannya. Biduk perkawinan mereka tidak cukup tangguh untuk terus dikayuh. Desti seolah menemukan dirinya utuh dalam makna kebebasan yang terkecap saat ini. Sebuah keputusan yang sulit kupahami namun sangat kuhargai...


Di penghujung Selasa, ternyata masih ada kejutan tersisa. Seusai jam kantor, bergegas  kubuka situs porno jejaring sosial. Ada link yang sengaja kuakses demi mengetahui hasil promo berhadiah yang dihelat produk roll on ternama. Hehe..., dijaman serba sulit seperti sekarang ini, menggantungkan nasib pada undian berhadiah memang semakin sah saja. Bulan kemarin, iseng-iseng kukirimkan data diri dan copy struk belanja brand roll-on yang memang sudah kupakai sejak SMP itu. Awal Mei lalu sudah diumumkan 10 pemenang yang beruntung shopping gratis ke Hongkong. Uhm...aku harus gigit jari karen gagal jadi pemenang dari sekian ribu peserta yang mayoritas memang konsumen loyal. Batal deh nge-date ama Jacky Chan! Namun aku masih sedikit berharap pada kesempatan kedua, yakni hadiah hiburan berupa tas Charles&Keith untuk 500 pemenang. Setelah mengucek-ucek mata (karena tulisannya kecil seupil) dan membasuh wajah dengan susu kuda liar Sumbawa, akhirnya kutemukan jg namaku disana : 

Kesalahan bukan pada mata tetangga anda...


Alhamdulillah, puji syukur untuk rejeki-Mu ya Rabb. Ternyata semesta juga menitipkan pelangi sarat gradasi di sudut-sudut Selasa. Begitu berwarna dan terlihat kontras bukan sekedar monokromatis. Malam ini akan penuh renungan. Banyak rasa syukur sekaligus penyesalan yang terlontar. Kutarik nafas hingga kupenuhi paru-paru dengan kenikmatan oksigen gratis dari-Nya. Damn, I do love Tuesday...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar