Tulisan kurang penting ini berawal dari minat yang tiba-tiba
muncul tanpa didahului wangsit dan ritual berendam 7 hari 7 malam di empang
Haji Jali. Sesuatu yang secara spontan membuatku penasaran dan akhirnya berusaha
mengenal lebih dekat. Takdirku sebagai insan yang mudah jatuh hati mengantarkanku
menelusuri sosok penuh kharisma bernama ‘tabulampot’. Tentu, ia tidak memiliki
hubungan kekerabatan dengan Mang Cepot apalagi Mak Erot.
Tabulampot atau tanaman buah dalam pot merupakan metode
budidaya tanaman buah dengan media tanam berupa pot, bukan ditanam langsung di
area pekarangan. Ketertarikanku pada pesona tabulampot jauh dari niat
ikut-ikutan trend, seperti era jemani, gelombang cinta, dll. Justru aku sangat
terlambat. Sementara teman dan para tetangga
sudah sekian lama menikmati sensasi memetik lengkeng Diamond River, mangga
Gedong Gincu, sawo Manila, rambutan Rapiah, hingga Srikaya Merah hanya dengan berjalan
beberapa langkah dari kamar tidur, hasratku pada tabulampot baru muncul dalam
sepekan terakhir.
Semua berawal dari ketidaksengajaanku melewati sebuah stan tanaman bibit unggul di samping kantor seminggu yang lalu. Bertepatan dengan
perayaan hari jadi kabupaten tempatku mengasi rejeki, berbagai rangkaian acara
digelar. Selain karnaval, live music,
dan pesta rakyat, panitia penyelenggara juga menghelat pameran bonsai dan
tanaman bibit unggul. Singkat cerita, aku tergoda membeli bibit mangga berjenis kiojay dengan harga tiga puluh ribu
rupiah. Wujudnya yang ‘centil’
tertancap manis didalam polybag hitam.
Tingginya sekitar 50 cm, berupa batang berdiameter 0,5 cm dengan jumlah daun yang
kurang dari 20 helai. Menurut mas –mas penjual yang wajahnya sepintas mirip
bassis-nya Soneta Group (oke,
seleraku emang revolusioner), mangga kiojay ialah jenis buah mangga yang buahnya panjang dan langsing, namun rasanya sangat
manis walaupun belum matang. Jadi bisa dipetik dan dinikmati saat masih
‘remaja’, tanpa harus menunggu ranum. Cucok lah, jadi ga perlu berebut ama codot. Dan, inilah penampakan bibit
mangga tersebut:
semoga tumbuh menjadi mangga yang berbakti bagi nusa, bangsa, dan ibu pertiwi
Ternyata ada teman
sekantorku yang tertarik. Keesokan harinya ia kuantar ke stan yang sama. Kebetulan hari itu adalah hari terakhir pameran. Setelah
membaca rapal mantra, ia memutuskan membeli bibit jeruk Shantang Madu. Tanpa
dosa, aku pun spontan mengikuti jejaknya dan dengan insyaf membeli bibit
tanaman serupa (dasar wanita tak punya jati diri, enyah kau Lasmini!). Padahal sebenarnya
aku lebih tertarik pada bibit sawo Manila. Tanaman tersebut sangat cantik dihiasi beberapa buah yang bergerombol
di batang sekundernya, tinggal menunggu masa untuk dipetik. Harga yang dibandrol
tujuh puluh lima ribu rupiah. Sangat pantas untuk membuat dompetku
menjerit histeris. Sindrom tanggal tua cukup ampuh menyadarkanku dari
rasa kilap dan kalap. Bye-bye pu’un sawo, doakan aku bisa memboyongmu kapan-kapan
yaaa..kiss n hug.
Bibit Shantang Madu kubeli dng harga 50 rebu perak (hiks, uang jajan seminggu)
Semoga jerukku bisa secantik ini :
tanaman yang sexy, bukan?
(source : google)
Well, masih ada alasan lain yang
membuatku tertarik dengan tabulampot. Say
thanks to Indomie dan es jeruk. Uhm, dalam penyajian Indomie, menu tambahan apa sih yang membuat mie instan
ngetop ini terasa lebih nikmat? Diracik dengan sayuran-kah? Ditambah telur ayam
kampung? irisan daun bawang? atau beberapa sendok kornet?. Bisaaaa… Tapi masih
ada satu esensi yang pantang dilewatkan dalam menyempurnakan cita rasa kuliner bertajuk
mie instan. Si cabe rawit! Selezat apapun mie instan yang kubuat, ga bakalan
nendang tanpa kehadiran beberapa iris cabe rawit. Dan, ide suami untuk menanam
beberapa tanaman cabai rawit disamping rumah, yang awalnya kupandang kurang
populis, ternyata cukup brilian (sembah-sembah deh cint!). Sensasi yang
kurasakan saat memetik langsung dari pohonnya hingga terhidang dan siap
disantap, truly, segar luar
biasa.
Euforia norak ini belum berhenti,
pemirsa. Kuintip tabulampot jeruk nipis imut-imut (dalam bahasa Jawa disebut
jeruk ‘wedang’) yang ditanam suamiku beberapa minggu lalu. Eh..satu, dua..waaah
ada tiga yang berbuah!. Indomie rebus pedas dipadu dengan segelas es jeruk
manis, bukankah itu kenikmatan duniawi? Kupetik dua buah dan sengaja kusisakan
satu untuk kupandang tiap pagi sebelum berangkat ke kantor.
Jeruk nipis/ jeruk wedang
Simple, chic, and elegant
(emangnya testimoni
foto tas Herpes-nya Syahrini?)
Oh, di sudut rumah ternyata juga ada dua pot tanaman lengkeng
yang masih unyu-unyu pemberian dari rekan suami. Usianya memang baru
beberapa bulan. Jenisnya belum bisa kudeteksi dengan ilmu ke-sotoy-an ku, apakah lengkeng ini berjenis Itoh, Diamond River, atau Pingpong. Namun, aku selalu merajut impian dan memintal harapan (bahasanya sob!), agar dua mahluk itu bisa memberikan sumbangsih optimal berupa produksi lengkeng terbaik dan tersedap meski bukan dalam skala komersial. Kabulkan doa Baim ya Allah...
bibit lengkeng yang belum jelas asal-usulnya (perlukah tes DNA?)
Anyway,
Rabu kemarin ada kunjungan spesial dari konsultan produk pupuk yang sedang dipasarkan di
daerahku. Pupuk ini (konon) mampu menyuburkan dan mempercepat proses pembuahan.
Hasil yang diperoleh (sesuai testimoni pada brosur dan leaflet yang kubaca di
media online cukup signifikan. Tanaman yang diberi pupuk super tersebut, baik
jenis bunga, daun, maupun buah, tumbuh dengan subur dalam waktu yang lebih
singkat. Aku tertarik membelinya. Lucky me, selama proses pre-order, tim mereka dengan sukarela memberikan panduan bagaimana
cara mengaplikasikan pupuk tersebut. Semacam service lah. Mulai dari mencampurkan komponennya hingga teknik
pemupukan yang tepat, diberikan dengan lengkap dan gratis (poin terakhir
yang jadi favoritku!). Mereka meminta aku menunggu +/- 1 minggu lagi untuk
melihat perubahannya. Horeeee….. , doakan kami ya!!
pupuk ditakar , cukup 1 tutup botol
dimasukan dalam ember yang berisi 4L air
disiramkan ke permukaan tanah seminggu sekali
Terimakasih Pak Dodok, Pak Gun dan Pak Fatur untuk bantuannya. Barakallah...
BONUS:
Sebagai motivasi, termasuk buat diri sendiri, silakan dinikmati beberapa tabulampot yang sukses ditanam (dicomot dari Google). Menggemaskaaaaan ^^:
mangga golek
anggur hijau
jambu air
belimbing
jeruk kimkit
Hahaaaa... Bahasamu... I like
BalasHapus.