Saya memang bukan orang yang tepat untuk meresensi sebuah pertunjukan musik jazz, apalagi mengkritisi. Pengetahuan dan referensi saya mengenai musik jazz masih NOL besar, lebih-lebih saya baru "akrab" dengan aliran musik ini di tahun 2007. Sungguh tidak bijak dan terlalu prematur kalau saya kebanyakan ngelantur.
Saya hanya penikmat. Ya, saya adalah penikmat yang terkadang harus menabung berbulan-bulan demi memiliki CD audhiophile bergenre-jazz yang dialunkan oleh penyanyi jazz tanah air favorit, (semacam Peppi Kamadhatu, Olivia Latuputi, Syaharani, Nita Artsen, Andien, Iga Mawarni, dsb) atau oleh penyanyi luar negeri yang saya tidak familar siapa namanya tapi me-recycle lagu-lagu kesayangan saya. Begitulah. Saya murni penikmat yang mencoba memanjakan telinga dengan musik yang konon masuk ke Indonesia pada tahun 1930 ini.
Sejak menetap di kabupaten Sragen per tahun 2009, praktis sudah empat tahun saya vakum menonton konser (live music) jazz. Berbeda saat di Semarang, kota kelahiran saya. Hampir tiap weekend bisa menyempatkan nonton, apalagi yang gratisan hehehe. Sebenarnya sering diajak teman untuk datang menikmati pertunjukkan musik jazz yang rutin dihelat oleh komunitas Solo Jazz Society, namun selalu gagal terealisir.
Akhirnya di hari Sabtu kemarin, misi mulia itu pun terlaksana. Bersama teman yang berhasil diculik paksa (karena suami mendadak ada panggilan tugas sehingga batal menemani), saya dengan antusias menghadiri Solo Jazz Traffic Festival 2013 di Grand Ballroom Hotel Sunan Solo. Para musisi ternama yang hadir membuat mata dan telinga sakaw; Tompi (Doctor and The Professor), Sierra Sutedjo, Sandy Winarta Quartet, Indra Lesmana with LLW Band, Eva Celia, Indro Hardjodikoro (The Finger), Sruti Respati, dan Barry Likumahua Project (BLP). Saking semangatnya, tiket nya sudah saya pesan saat 'pre sale'. :D
Penampakan tiket dan rundown acara
Konsep multi panggung pada parade jazz kali ini cukup unik. Baik lighting, sound system, maupun stage setting-nya. Panggung dibagi menjadi dua grup, stage A dan Stage B. Para band pendukung tampil bergantian dan di plot sesuai stage masing-masing. Penonton pun dengan rela bergeser dari Stage A ke Stage B (dan sebaliknya) demi mendapatkan posisi duduk yang strategis! Pentas berlangsung mulai pukul 16.00 wib hingga pukul 23.45wib dengan durasi rata-rata untuk masing-masing band penampil adalah 50 menit.
Saya bersama partner (@kurniaendah33) bahkan terlibat diskusi serius beberapa menit sebelum memasuki venue. Bak tentara yang akan berjuang medan pertampuran (jiaaaah...), kami berdua mengatur strategi agar dapat menikmati konser dengan sukses, artinya bisa dapat posisi nyaman di depan panggung. Bahkan high heels terpaksa saya jinjing agar lebih leluasa 'merayap' dari stage satu ke stage lainnya. :D
Ini bocoran foto-fotonya (tanpa edit yaaaa...biar natural...hihihi).
Narsis sebelum memasuki venue
My partner @kurniaendah33
Iseng masuk venue sebelum gate dibuka, ternyata Indra Lesmana & LLW band sedang check sound
Eva Celia menunggu giliran check sound. Beuuh, belum mandi aja tetep kece yaa ^^
(foto ini diambil beberapa menit sebelum kami ketahuan security karena lokasi harus steril hehehe)
Serius mempelajari rundown acara (mau ujian, Mpok?)
"Absurdnation ", band pembuka di stage A
Band penampil pertama di Stage B, "Adheya Band"
Paling touching saat vokalis ini membawakan "Over The Rainbow". Bening!
Para jazz lovers. Yang ini masih sore, barisan belakang belum begitu padat merayap.
Sepatu yang berubah fungsi sebagai media 'inden' posisi duduk
"Sandy Winarta Quartet"
Warna keyboardnya eyecatching. :D
Sandy Winarta yang sukses bikin cewek-cewek terpana (terutama partner saya hahaha)
Sierra Soetedjo
So charming :)
Beliau ini salah satu bassist senior favorit saya :) |
Sruti Respati. Ternyata aslinya mungil dan imut-imut sekali. :XD |
Indra Lesmana & LLW Band |
LLW Band feat. Eva Celia dan...'tensi' jazz lovers pun semakin hot. Pecaaah!
Like father like daughter |
Itu sepatu nyaman aja nangkring di bibir panggung :)) |
Indra Lesmana masih aja ganaaaas! |
Setelah LLW Band (Indra Lesmana, Eva Celia) merampungkan lagu pamungkasnya, saat saya melihat ke belakang, penonton sudah semakin membludak. Kami pun terpaksa tidak beranjak dari stage A dan harus 'puas' melihat stage B (yang menampilkan Barry Likumahua Project sebagai band penutup) dari kejauhan. Beberapa LCD terpasang agar penonton tetap bisa menikmati pertunjukan di masing-masing stage.
Penonton di stage A memilih bertahan karena situasi semakin padat merayap. |
Stage B yang sedang menampilkan BLP Project
Dan TOMPI, Feat. The Doctor and The Professor menjadi band pamungkas di stage A.
|
Naksir ma bassist-nya, @FajarAdiNugroho :p |
Lagu terakhir Tompi bernuansa nasionalisme, "Dari Sabang Sampai Merauke" |
Formasi lengkap "The Doctor & The Professor.
Paling kagum sama pianisnya (paling kiri), ibu Tjut Nyak Deviana Daudsjah. Penampilan beliau justru lebih mencuri perhatian ketimbang Tompi. Ternyata, sang pianis adalah profesor musik dan mantan rektor sebuah perguruan tinggi Musik International Music College, Jazz & Rockschulen Freiburg, Jerman . Ckckckck....pantesan...
|
Secara keseluruhan, I'd love the concert in every detail. Salut untuk Rita Noya Project, promotor acara ini. Semoga sering-sering diadakan di Solo deh. Bravo mba Rita. :)